21.5 C
Indonesia

Rekam Jejak Budaya, Maritim, dan Sejarah Maluku di Museum Siwalima

Must read

AMBON – Namanya terdiri dari dua kata, ulisiwa yang dalam bahasa setempat berarti “kumpulan sembilan” dan patalima yang berarti “kumpulan lima”. Sembilan untuk jumlah kerajaan yang menguasai Maluku Selatan dan lima untuk jumlah kerajaan yang menguasai Maluku Utara.

Dengan begitu, Museum Siwalima dinilai mewakili kekayaan sejarah, alam, dan budaya Maluku; tanah para raja.

Berjarak 5 km dari pusat Kota Ambon, Museum Siwalima menjadi salah satu penghuni Taman Makmur di Desa Amasuhu.

Baca Juga:

Di pintu masuknya, terdapat sebuah kalimat berbahasa setempat, “Usu Mae Upu“, yang berupa kalimat sambutan dan bermakna “Mari silakan masuk!”

Kalimat itu sendiri juga dinilai sebagai bentuk keramahan masyarakat Ambon yang mendarah daging sejak zaman dahulu.

Sedikit menengok balik masa kelahiran museum ini, Undang-Undang Belanda yang mewajibkan negara itu mengembalikan benda-benda bersejarah Maluku adalah akarnya.

Banyaknya benda bersejarah yang tertumpuk di tempat penampungan memerlukan area yang lebih luas.

Kemudian, diputuskanlah nasib suatu lokasi yang sebelumnya digunakan sebagai markas pasukan pembebas Irian Barat sebagai lokasi selanjutnya bagi benda-benda tersebut.

Lokasi itu adalah bagian dari Taman Makmur yang masih digunakan hingga sekarang.

Pembangunan museum dimulai pada tahun 1973. Empat tahun setelahnya, Museum Siwalima diresmikan.

Awalnya, museum ini hanya menampilkan sejarah dan budaya Maluku. Seiring berjalannya waktu, jejak-jejak kejayaan dunia maritim kawasan ini juga ikut dipajang.

Akhirnya, museum dapat dikatakan terbagi menjadi dua fokus utama. Pertama, pada budaya Maluku itu sendiri yang ditampilkan lewat baju adat, senjata khas, artefak, dan sebagainya.

Sementara itu, bagian kedua dikhususkan untuk menampilkan dunia maritim Maluku lewat display kerangka hewan-hewan laut dan transportasi laut yang digunakan masyarakatnya dari masa ke masa.

Semua benda yang ada di dalam museum dirawat dengan baik, serta dilakukan rotasi penyajian setiap lima tahun sekali.

Museum Siwalima dapat dijadikan referensi untuk mengenal lebih dekat budaya serta sejarah Maluku.

Jika pengunjung khawatir tidak bisa memahami semuanya, ada pemandu yang selalu siap membantu.

Selain berkeliling dan mempelajari dua hal tersebut, pengunjung juga dapat lebih dulu “memesan” untuk menikmati sajian musik lokal, pementasan tari, dan demo pembuatan kain tenun.

Beroperasi setiap Senin–Jumat pada rentang waktu 09.00–16.00 WIT, museum ini mematok tarif tiket masuk yang sangat murah.

Orang dewasa yang akan memasuki museum harus membayar tiket dengan harga Rp5.000,00 dan Rp2.000,00 untuk anak-anak.

Jika datang bersama rombongan, harga tiket per orang dapat turun menjadi Rp1.500,00.

Ketika keluar dari museum, pemandangan Teluk Ambon yang eksotis akan langsung menyambut.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru