20.1 C
Indonesia

Protes Menentang Diktator Warnai Pemakaman Mahsa Amini

Must read

IRAN – Nama Mahsa Amini kini menjadi kode panggilan untuk berunjuk rasa menentang kediktatoran pemimpin Iran.

Ia meninggal setelah diduga mengalami tindak kekerasan oleh “polisi moral” negara tersebut yang menangkapnya karena permasalahan jilbab,

Iran telah memberlakukan peraturan yang mewajibkan seluruh perempuan di negara tersebut untuk mengenakan pakaian “Islam” sederhana sejak revolusi Islam pada tahun 1979 dahulu.

Baca Juga:

Mengutip BBC Indonesia, dalam praktiknya, perempuan Iran diharuskan mengenakan cadar, pakaian yang menutup seluruh tubuh, hijab, dan manteau (mantel) yang menutupi lengan mereka.

Untuk menegakkan aturan tersebut, Iran membentuk sebuah unit pengawasan yang disebut polisi moral.

Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, kampanye yang menentang kewajiban berhijab tersebut semakin menguat di Iran.

Serangkaian aksi yang dilakukan polisi moral terhadap para perempuan yang dinilai melanggar aturan tersebut juga semakin menguatkan suara mereka untuk menentang sistem ini.

Peristiwa yang terjadi pada Amini disebutkan sebagai episode terbaru dari sejumlah laporan kebrutalan terhadap perempuan Iran yang dilakukan oleh pihak berwenang negara tersebut.

Pemakamannya yang berlangsung pada Sabtu (17/9) pagi di kota asalnya, Saqez, Provinsi Kurdistan, diwarnai aksi protes yang menentang kewajiban berhijab.

Seruan anti pemerintah seperti “matilah diktator!” yang disuarakan oleh beberapa pelayat bersambut tembakan dari polisi.

Para pengunjuk rasa telah berkumpul sejak pagi, bahkan sebelum matahari terbit. Mereka menghindari pasukan keamanan Iran yang disebutkan akan mencegah terjadinya demonstrasi.

Mereka juga bergerak mendatangi kantor gubernur setempat untuk memprotes kematian Amini.

Beberapa pengunjuk rasa dilaporkan cedera dan ditangkap.

Peraturan yang lebih ketat dan hukuman yang lebih keras

Dilansir dari Kompas, peristiwa ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi memerintahkan tindakan keras terhadap hak-hak perempuan dan menyerukan penegakan aturan berpakaian wajib yang lebih ketat di negara itu.

Raisi bahkan menandatangani dekrit pada 15 Agustus yang mengatur pakaian wanita Iran dan menetapkan hukuman yang lebih keras jika melanggar, baik di depan umum maupun secara online.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru