JAKARTA – Dana Margasatwa Dunia (WWF) pada Kamis (13/10) merilis laporan yang mengejutkan tentang situasi terkini satwa liar yang ada di seluruh dunia.
Dengan menggunakan data Zoological Society of London (ZSL) yang dirilis pada tahun 2018, organisasi tersebut menyimpulkan bahwa populasi satwa liar dunia telah menurun sebanyak 69 persen dari tahun 1970.
Data itu sendiri berisikan status 32.000 populasi satwa liar yang mencakup lebih dari 5.000 spesies.
“Penurunan populasi dalam skala yang menghancurkan dan terus memburuk. Kami telah melihat tanda-tanda, bahwa ini mulai membengkokkan kurva alam,” kata Mark Wright dari WWF, dikutip dari Kompas.
Vertebrata air tawar adalah salah satu populasi yang paling terpukul, dengan hasil pemantauan menunjukkan adanya penurunan sebanyak 83 persen sejak 1970.
Senentara itu, jika dilihat dari wilayah, Amerika Latin dan Karibia menjadi dua negara yang menyaksikan penurunan populasi satwa liar paling parah, yaitu 94 persen hanya dalam lima dekade.
Penyebab terbesar dalam masalah ini adalah hilangnya habitat para satwa.
Eksploitasi berlebihan oleh manusia seperti berburu, memancing, hingga perburuan liar menyusul setelahnya.
Dua penyebab lainnya adalah polusi dan perubahan iklim.
Pada Desember nanti, delegasi dari seluruh dunia akan berkumpul di Montreal, Kanada, untuk menghadiri COP15 Biodiversity Framework.
Acara yang sempat tertunda itu dijadwalkan untuk mencapai persetujuan atas serangkaian target baru yang dimaksudkan untuk menghentikan hilangnya hewan, tumbuhan, dan habitat secara global pada tahun 2030.
“Ini adalah kesempatan sekali dalam satu dekade untuk menyetujui target dan tujuan yang bermakna serta terukur dengan baik,” ungkap Robin Freeman dari ZSL.
“Kami membutuhkan pemerintah untuk melakukan tindakan bersama dan memastikan, bahwa tujuan menangani ancaman gabungan yang rumit dari perubahan iklim dan keanekaragaman hayati bisa tercapai,” lanjutnya.