UGANDA – Kabar penahanan penulis serta kritikus Uganda, Kakwenza Rukirabashaija, atas tuduhan “komunikasi ofensif” terhadap presiden negara tersebut merebak bulan lalu.
Kabar tersebut menarik perhatian internasional termasuk Uni Eropa lewat perwakilan khususnya dalam bidang HAM, Eamon Gilmore.
Baru-baru ini, kepada The Associated Press, pengacara Rukirabashaija menyatakan bahwa kliennya itu telah melarikan diri dari Uganda.
Berhasil melewati perbatasan Rwanda, ia akan tinggal untuk sementara waktu di sebuah negara di Eropa yang tidak disebutkan namanya.
Rukirabashaija dibebaskan pada akhir Januari kemarin setelah ditahan sejak akhir Desember atas serangkaian tweet nya yang “menyinggung” Presiden Museveni dan putranya yang merupakan seorang jenderal angkatan darat.
“Kondisi menjadi tidak mungkin baginya,” tutur Eron Kiiza selaku pengacara Rukirabashaija.
Berdasarkan pengakuan Kiiza, Rukirabashaija selalu diawasi dan tidak lagi memegang paspornya karena telah diambil oleh pihak berwenang.
“Ia tidak punya pilihan selain pergi dan menyelamatkan hidupnya,” lanjut Kiiza.
Sementara itu, juru bicara kepolisian setempat mengatakan tidak dapat berkomentar mengenai hal ini karena telah ditangani oleh pengadilan.
Lewat karyanya yang terkenal, “The Greedy Barbarian”, Rukirabashaija bercerita tentang korupsi di suatu negeri fiksi yang diinterpretasikan secara luas sebagai satire tentang Museveni.
Novel tersebut juga mengantarkan Rukirabashaija memenangkan PEN Pinter Prize kategori penulis keberanian internasional.
Disiksa Selama Ditahan
Rukirabashaija diduga mendapat serangkaian siksaan dari para pejabat saat ditahan.
Sejumlah foto yang menunjukkan punggungnya yang terluka parah juga mengejutkan banyak orang di negara Afrika Timur itu.
“Mereka mulai menggunakan tang dan mencabut daging dari paha saya dan di mana-mana,” kata Rukirabashaija dalam sebuah akun kepada surat kabar lokal, Daily Monitor.
“Hari itu saya pikir saya sedang sekarat dan berpikir untuk mengakhiri kewarganegaraan Uganda saya.”
Hakim kepala, Douglas Singiza, menolak untuk melonggarkan persyaratan jaminan Rukirabashaija.
Hal tersebut termasuk juga tentang penahanan paspornya dan perintah untuk tidak berbicara dengan wartawan.
Dalam sebuah unggahan di Facebook pada hari Rabu (9/2), Rukirabashaija menyebut Singiza sebagai “hakim berkacamata”.
“Anda memalukan! Sekarang, taruh paspor saya di dermaga dan coba [adili saya]. Saya tidak akan menghadapimu lagi,” tulisnya.
Sebelumnya, Kiiza mengatakan bahwa keberadaan kliennya itu dirahasiakan untuk waktu yang cukup lama dan ditahan di fasilitas penahanan.
Rukirabashaija hanya muncul di pengadilan setelah tekanan domestik dan internasional yang meluas, termasuk dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Delegasi Uni Eropa untuk Uganda pada hari Senin (7/2) mengeluarkan pernyataan yang menyatakan keprihatinan atas “situasi yang selama lebih dari setahun telah melihat peningkatan yang signifikan dari laporan penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang, penghilangan paksa, pelecehan” dan serangan lainnya.
Pekan lalu, Amerika Serikat mengutip “laporan kredibel yang berulang” tentang penghilangan paksa dan penyiksaan oleh pasukan keamanan yang “dengan buruk mencerminkan” pemerintahan Presiden Yoweri Museveni, yang telah memegang kekuasaan sejak 1986.
Sumber: Al Jazeera