SKOTLANDIA – Bagi sebagian orang, kecoak adalah serangga yang paling menyebalkan di muka bumi.
Tidak sedikit dari mereka yang bahkan lari sambil berteriak ketika mendapati hewan ini tengah berkeliaran dalam jarak beberapa meter.
Jika Anda termasuk ke dalam sebagian orang tersebut, kabar yang satu ini mungkin adalah kabar yang Anda nanti-nantikan. Yaitu terciptanya alat pembasmi kecoak!
Dilansir dari Suara.com, sekelompok peneliti di Heriot-Watt University pada September lalu berhasil menciptakan senjata laser yang mampu secara efektif menghabisi kecoak.
Meskipun terdengar menjanjikan, senjata berteknologi machine learning ini masih belum cukup aman digunakan oleh orang biasa.
Dalam makalah yang dipublikasikan lewat jurnal Oriental Insects, Ildar Rakhmatulin–kepala peneliti–bersama timnya disebutkan berhasil mengoperasikan meriam laser mini yang bisa mendeteksi gerakan kecoak.
Bukan hanya melacak gerakan serangga yang cepat itu, laser tersebut juga mampu mematikannya dari jarak maksimal 1,2 meter.
Sebelumnya, Rakhmatulin diketahui telah lebih dulu melakukan eksperimen memadukan Raspberry Pi dan laser untuk membunuh nyamuk.
Teknologi itu dikembangkannya dengan perangkat lunak berbeda untuk memantau pergerakan kecoak yang lebih cepat dan acak dibanding nyamuk.
“Untuk laser pelacak kecoak saya ganti menggunakan Jetson Nano, sehingga kecerdasan buatannya bisa lebih presisi mendeteksi pergerakan objek,” jelasnya.
Komputer mini itu kemudian disambungkan ke galvanometer, mesin yang bisa mendeteksi gelombang listrik, dan dua kamera untuk mendeteksi gerakan kecoak.
Disebutkan pula di dalam laporannya di jurnal, bahwa Rakhmatulin bersama timnya berhasil meningkatkan efektivitas laser secara bertahap.
Awalnya, kecoak yang ditembak sinar laser akan terdiam dan dipancing keluar dari lokasi gelap di ruangan eksperimen.
Selanjutnya, dengan tenaga panas yang ditingkatkan, kecoak tersebut sepenuhnya “dinetralkan” alias dibunuh.
Rakhmatulin menyatakan bahwa data dan alat yang dipakai untuk mereplikasi senjata laser ini telah diunggahnya ke GitHub dengan semuanya berlisensi open source.
Piranti yang dipakai juga terhitung murah. Hanya saja, ia mengingatkan semua pihak bahwa alat yang dirancangnya ini masih belum stabil.
Dengan kata lain, alat yang diidam-idamkan orang yang membenci kecoak ini bisa berbahaya jika digunakan tanpa pengetahuan yang memadai.
“Harus diingat, karena laser ini bisa mematikan untuk kecoak, berarti efeknya juga sama untuk makhluk hidup lain,” ujarnya.
Rakhmatulin membayangkan teknologi ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi alat pengendali hama pertanian yang lebih ramah lingkungan dibanding menggunakan bahan kimia.
Ongkosnya pun diyakini bisa amat murah, karena prototipe timnya hanya menghabiskan biaya tak lebih dari $250 (sekitar Rp3,7 juta).
Menurutnya, siapapun yang berniat merakit sendiri laser tersebut tidak boleh menggunakannya di rumah.
“Ingat, laser bisa merusak mata kita,” tandasnya.