ARIZONA – 18 bulan telah berlalu, namun Bruce Petillo masih ingat dengan jelas momen terakhirnya bersama Christian, anaknya, sebelum remaja itu meninggal akibat ketidaksengajaan yang berakibat fatal.
Bruce saat itu mengantar Christian untuk menginap di rumah temannya. Keduanya sempat berpegangan sebelum pria berusia 52 tahun itu pulang dengan mobilnya.
Tak ada yang menyangka bahwa itu adalah sentuhan penuh kasih sayang terakhir dari sang ayah untuk anaknya sebelum maut memisahkan keduanya.
Christian dikabarkan tertembak di dada pada malam harinya dan tak dapat diselamatkan meski sudah menjalani operasi tak lama setelah kejadian.
“Bahkan hingga hari ini, 18 bulan kemudian, dan itu masih terasa seperti mimpi buruk,” ucap Bruce kepada TODAY.com.
“Ini tidak terasa nyata. Saya masih menunggunya masuk lewat pintu itu,” tambahnya.
Dijelaskan oleh Bruce, pada malam kejadian, anak laki-laki yang menjadi tuan rumah di tempat anaknya menginap mengeluarkan salah satu senjata api keluarganya yang diduga tak tersimpan dengan aman.
Anak laki-laki itu, Christian, dan beberapa temannya yang lain bergantian memegang benda itu sebelum peluru tiba-tiba diluncurkan dan mengenai Christian.
Remaja itu pun segera dilarikan ke Pusat Trauma Level Satu terdekat dengan ambulans untuk mendapatkan pertolongan.
“Ia mengatakan ini tampaknya tidak baik,” tutur Bruce, merujuk pada kabar yang diberikan seorang dokter ketika ia dan istrinya, Claire, tiba di sana.
“Ia [Christian] menjalani operasi trauma. Mereka melakukan tindakan-tindakan ekstrem untuk mencoba dan menyelamatkannya,” imbuhnya.
Sayangnya, takdir lebih setuju untuk menjemputnya malam itu. Bruce, Claire, dan dua kakak Christian ditinggal bayi kesayangan mereka lewat kejadian yang tak disengaja.
Otoritas setempat dikabarkan masih menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu.
Kepada TODAY.com, seorang perwakilan dari Departemen Sheriff County Maricopa mengatakan bahwa “kasus ini masih bersifat investigasi terbuka dan detektif menolak untuk diwawancarai”.
Selagi menunggu ujung dari kasus ini, Bruce dan Claire memfokuskan diri untuk mengedukasi orang tua lainnya mengenai keberadaan senjata api yang tak diamankan di rumah-rumah.
Mereka juga mengajarkan caranya menanyakan pertanyaan-pertanyaan penting dan pantas mengenai keberadaan benda tersebut di rumah orang lain demi memastikan keamanan anak-anak.
“Ini bukan percakapan yang mudah. Orang-orang mungkin merasa tidak nyaman dengan itu, tetapi nyawa anak Anda dipertaruhkan,” terang Bruce.
“Kami tidak berpikir itu bisa terjadi pada kami–bahkan tidak pernah memikirkannya–namun itu terjadi,” tambahnya.
Bruce mengaku tidak memiliki senjata di rumahnya–kenyataan yang kemudian membuatnya berpikir bahwa semua rumah sama amannya dan tidak menyimpan benda berbahaya itu seperti rumahnya.
Menurut surat penelitian tahun 2022 yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, senjata kini menjadi penyebab utama kematian di kalangan anak-anak dan remaja, membunuh lebih banyak orang di bawah usia 19 tahun daripada kecelakaan mobil, kanker, atau overdosis.
Setidaknya 2.070 penembakan yang tidak disengaja oleh anak-anak terjadi di AS antara tahun 2015 dan 2020, yang mengakibatkan 765 kematian dan 1.366 cedera, menurut Everytown for Gun Safety, sebuah kelompok advokasi.
Remaja usia 14 hingga 17 tahun adalah kelompok terbesar yang terkena dampaknya. Terbesar kedua adalah anak-anak berusia 5 tahun ke bawah.
Menurut sebuah survei tahun 2018 terhadap 1.444 pemilik senjata di AS yang dilakukan oleh para peneliti di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, hanya 46% pemilik senjata mengatakan bahwa mereka menyimpan senjata api dengan aman di dalam rumah mereka.
Diperkirakan 4,6 juta anak hidup dengan senjata yang tidak terkunci dan dimuat di dalam rumah mereka, menurut American Academy of Pediatrics.
“Para orang tua dibutuhkan untuk bisa membicarakan itu dengan sesamanya,” kata Bruce.
“Tanya saja, ‘Saya penasaran, apakah Anda memiliki senapan? Dan jika Anda punya, apakah itu diamankan dengan benar?'”
“Itu memiliki beberapa efek. Satu, itu membuat pembicaraan terbuka. Itu juga membuat semua orang mengetahuinya, dan membantu meningkatkan akuntabilitas dan tanggung jawab terhadap senjata-senjata itu.”
Menurut Bruce, jika orang tua yang ditanya memberikan “respons negatif”, orang tua yang bertanya harus melihatnya sebagai sebuah tanda.
“Itu mungkin bukan tempat yang Anda inginkan anak-anak Anda berada di sana,” katanya.
Pemilik senjata api yang bertanggung jawab, tambahnya, akan menjawab pertanyaan itu dengan, “Tentu saja, kami menyimpannya dengan aman”.