21.2 C
Indonesia

Pangeran Yordania Hamzah bin Hussein Melepaskan Gelarnya

Must read

YORDANIA – Saudara tiri Raja Yordania, Pangeran Hamzah bin Hussein, telah melepaskan gelar pangerannya. Keputusannya ini ia umumkan sendiri lewat akun Twitter resminya pada hari Minggu (3/4).

Ia menulis bahwa ia terdorong ke keputusan tersebut karena keyakinannya tidak dapat diselaraskan dengan “pendekatan, kebijakan, dan metode institusi kami saat ini”.

Keputusannya pun kemudian menjadi tanda datangnya babak terakhir dalam perselisihan istana yang tengah berlangsung, yang membuat bangsawan junior tersebut ditempatkan di bawah status tahanan rumah setahun yang lalu.

Baca Juga:

Ia tidak langsung mengkritik Raja Abdullah II dan elit penguasa, seperti yang pernah dilakukannya sebelumnya, namun nadanya mengisyaratkan bahwa keretakan di dalam istana belum diperbaiki, seperti yang disarankan oleh Pengadilan Kerajaan Hashemite di masa lalu.

Pengadilan tersebut tidak segera memberikan komentar.

Abdullah dan Hamzah adalah putra Raja Hussein, yang memerintah Yordania selama hampir setengah abad sebelum wafat pada tahun 1999.

Abdullah telah menunjuk Hamzah sebagai putra mahkota setelah penerusnya sebelum gelar itu dilucutinya pada tahun 2004.

Raja telah menjadikan Hamzah sebagai tahanan rumah bulan April lalu, menyusul adanya dugaan mengenai rencana untuk mengacaukan kerajaan sekutu Barat.

Dalam sebuah pernyataan video pada saat itu, Hamzah membantah tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa ia dihukum karena berbicara menentang korupsi pejabat.

Menurut surat yang dikeluarkan Pengadilan Kerajaan Hashemite, bulan lalu, Hamzah meminta maaf kepada saudaranya.

Hamzah melanjutkan dengan mengungkapkan harapan bahwa “kita dapat membalik halaman pada bab ini dalam sejarah negara kita dan keluarga kita.”

Analis Amer Sabaileh mengatakan bahwa ia mengharapkan pengumuman Hamzah bertujuan untuk menyalakan kembali keretakan kerajaan yang diyakini banyak orang di Yordania telah selesai dengan permintaan maaf sang pangeran.

Sabaileh mencatat bahwa Hamzah telah membuat keputusan secara sepihak dan mengumumkannya di akun Twitter pribadinya, daripada berkonsultasi dengan keluarga kerajaan.

“Dia mencoba untuk kembali terlibat dengan narasi lama,” kata Sabaileh tentang Hamzah.

“Kita kembali ke titik di mana ia mengatakan ia tidak puas; bahwa ia masih [merasa] tak enak dan tidak ada rekonsiliasi,” lanjutnya.

Hingga kini, belum jelas apakah keputusan Hamzah melepaskan gelarnya akan membantu memulihkan kebebasan bergeraknya.

Hamzah baru muncul satu kali di depan publik sejak perseteruan itu terjadi. Pada bulan Februari lalu, pengadilan mengumumkan kelahiran putra Hamzah.

Perseteruan itu adalah kasus pertikaian yang jarang terjadi dalam keluarga Kerajaan Hashemite yang dipublikasikan.

Pada satu titik, Yordania bahkan memberlakukan perintah pembungkaman untuk memberitakan peristiwa tersebut, yang dinilai mencerminkan sensitivitas isu seputar keluarga kerajaan.

Abdullah menuduh saudaranya telah menghasut, namun kemudian mengatakan perselisihan itu telah selesai di dalam keluarga dengan Hamzah yang tetap berada di istananya sendiri di bawah perlindungan raja.

Sementara itu, dua mantan pejabat senior yang terlibat dalam dugaan pembuatan “rencana” sebelumnya telah dihukum atas tuduhan penghasutan dengan hukuman 15 tahun penjara oleh pengadilan keamanan negara. Akan tetapi, rincian tentang dugaan “rencana” tersebut tidak pernah dipublikasikan.

 

Sumber: Al Jazeera

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru