JAKARTA – Akhir dari pandemi Covid-19 belum juga pasti, namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengumumkan penetapan wabah cacar monyet (monkeypox) sebagai darurat kesehatan global.
Pengumuman itu disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Sabtu (23/7), menyusul penyebaran dan penularan virus yang semakin mengkhawatirkan.
Mengutip CNBC International, berdasarkan data WHO, saat ini, lebih dari 16.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan di lebih dari 70 negara sepanjang tahun 2022.
Sementara itu, jumlah infeksi yang dikonfirmasi naik 77% dari akhir Juni hingga awal Juli.
Lima kematian akibat virus ini juga telah dilaporkan di Afrika tahun ini.
Adapun penetapan status ini, yang dikategorikan sebagai status siaga tertinggi, menuntun masyarakat kepada pengertian bahwa WHO kini memandangnya sebagai ancaman yang cukup signifikan bagi kesehatan global.
Meskipun begitu, hal ini tidak lantas berarti bahwa suatu penyakit sangat menular atau mematikan.
Akan tetapi, lembaga PBB yang satu ini memerlukan respons internasional yang terkoordinasi untuk mencegah virus menyebar lebih jauh dan berpotensi meningkat menjadi pandemi.
“Kami memiliki wabah yang telah menyebar ke seluruh dunia dengan cepat melalui mode penularan baru yang kami pahami terlalu sedikit dan yang memenuhi kriteria dalam peraturan kesehatan internasional,” kata Tedros.
“Saya tahu ini bukan proses yang mudah atau langsung dan ada perbedaan pandangan di antara para anggota komite,” tambahnya.
Dilansir dari CNBC Indonesia, virus cacar monyet menyebabkan ruam yang dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Orang yang telah terpapar virus ini mengatakan bahwa ruam terlihat seperti jerawat atau lecet, tapi bisa sangat menyakitkan.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, kebanyakan orang pulih dari cacar monyet dalam dua hingga empat minggu.
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, cacar monyet telah ditemukan di beberapa bagian Afrika tengah dan barat sejak beberapa dekade lalu.
Akan tetapi, sebelumnya, penyakit ini tidak pernah memicu wabah besar di luar benua tersebut atau menyebar luas di antara orang-orang hingga Mei kemarin.
Saat itu, pihak berwenang mendeteksi lusinan epidemi di Eropa, Amerika Utara, dan tempat lain.