JERMAN – Menteri Pertanian Federal Jerman Julia Klockner dari partai CDU mengatakan petani Jerman saat ini tegah berada dalam tekanan. Karena di era modern ini harus memproduksi makanan untuk 155 orang, sementara di tahun 1999 lalu mereka hanya diberi beban untuk memberi makanan bagi 10 orang saja.
Persoalannya, lanjutnya, di lahan pertanian intensif dan monokultur, serangga, dan beberapa tanaman liar tidak lagi dapat menemukan habitat mereka.
Sehingga sewaktu berhadapan dengan pestisida yang digunakan dalam industri pertanian guna meningkatkan produksi, serangga bisa pusing dan mengalami disorientasi.
Tahun 2014, sebuah penelitian yang dilakukan oleh ahli neurobiologi dan peneliti lebah asal Berlin, Randolf Menzel menemukan perilaku lebah yang kehilangan orientasi setelah petani menggunakan bahan kimia imidacloprid, clothianidin, dan thiacloprid.
Saat ini obat-obatan pestisida itu sudah dilarang penggunannya di Jerman. Pasalnya insektisida dalam jumlah kecil ternyata dapat memengaruhi sistem saraf lebah.
Perusahaan farmasi asal Jerman yaitu Bayer mengatakan kepada DW bahwa penggunaan pestisida dengan bahan kimia sintetis kini semakin dibatasi. Hal ini karena adanya kerusakan ekologis seperti matinya para serangga dan meningkatnya perkembangan resistensi organisme berbahaya terhadap hama zat aktif pestisida, serta kian ketatnya persyaratan persetujuan.
“Inilah sebabnya mengapa solusi alternatif pertanian ekologis dan konvensional menjadi semakin penting untuk jaminan hasil dan kualitas,” kata juru bicara Bayer Utz Klages.
Bayer sendiri belakangan ramai menjadi berita utama internasional karena produk bahan kimia RoundUp yang dibuat anak perusahaannya, Monsanto.
Bayer mengatakan pihaknya mengutamakan fakta bahwa produk tersebut aman untuk organisme bermanfaat dan organisme lainnya dan hanya melakukan intervensi sejauh yang benar-benar diperlukan untuk memungkinkan pertanian produktif.
Selain menggunakan pestisida untuk mengontrol hama dan gulma, cara lain yang dikembangkan oleh Jerman untuk bisa mempertahankan produktivitas pertanian, salah satunya ialah dengan cara pertanian digital.
Data terkait hama, penyakit, dan gulma akan diukur dalam sentimeter persegi. Dan jika tanaman membutuhkan bantuan, akan ditentukan waktu terbaik untuk menggunakan pestisida yang jumlahnya telah diatur.
Namun Susanne Smolka, ahli biologi dari Jejaring Aksi Pestisida, PAN, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan DW bahwa penggunaan pestisida kimia-sintetis biasanya tidak terjadi karena satu faktor saja, tetapi karena adanya berbagai interaksi seperti pencegahan, penanaman varietas unggul dan upaya untuk menghindari penanaman di daerah yang tidak cocok.
Ralf Bloch dari Pusat Penelitian Lansekap Pertanian Leibniz atau ZALF dalam percakapan dengan DW mengatakan bahwa perlu solusi yang bersifat regional dan spesifik dalam pertanian. ZALF bertanggung jawab atas sejumlah proyek pertanian organik di seluruh dunia.
“Tujuannya bukan lantas menciptakan lahan pertanian bebas gulma,” jelas Bloch.
“Gulma adalah bagian dari sistem ekologis dan penting,” tambahnya lagi.
Sebagai contoh di Iran, karyawan ZALF saat ini sedang mengembangkan sistem penanaman tiga tanaman untuk pakan domba dan kambing di kondisi tanah kering.
“Dengan menutupi tanah secara permanen, kami dapat mencegah erosi, menjaga kesuburan tanah, dan mendorong pembentukan embun. Jika terbuka, tanah akan lebih cepat mengering dan melepaskan komponen-komponen,” jelas Ralf Bloch, yang secara erat mengkoordinasikan langkah ini dengan petani setempat.