20.6 C
Indonesia

Menteri Pertanian Minta Ditjen Perkebunan Fokus Pada Beberapa Komoditas Penting

Must read

JAKARTA – Perkebunan merupakan masa depan bagi Indonesia. Saat ini perkebunan yang menentukan pertanian Indonesia setelah tanaman pangan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan hal ini ke jajaran Ditjen Perkebunan didampingi oleh Plt Dirjen Perkebunan Ali Jamil beberapa waktu lalu.

Syahrul mengatakan bahwa ekspor pertanian selama ini 90% berasal dari perkebunan. Ia mencatat kenaikan ekspor terjadi karena komoditas perkebunan. Ketika Covid-19 menyerang, negara tidak bisa berbuat apa-apa maka pertanian dan perkebunan menurutnya jadi penggerak ekonomi.

“Ketika semua sektor lain turun hanya pertanian yang masih tumbuh. Nilai Tukar Petani juga meningkat. Saya harap dalam satu bulan ke depan sudah ada pejabat tetap Dirjen Perkebunan. Selesaikan semua program yang ada, berapa luas capaiannya, berapa yang tertanam, berapa yang gagal. Pasti tidak ada program yang 100% berhasil, berapa kegagalannya harus dicantumkan. Asal ada alasan yang jelas kenapa gagal dan bagaimana memperbaikinya,” kata Syahrul.

Baca Juga:

Syahrul juga berharap supaya aparat di Direktorat Perkebunan agar melakukan terobosan. Salah satunya adalah dengan tidak lagi melakukan pekerjaan yang sama seperti 5-10 tahun yang lalu yang menurutnya hanya itu-itu saja.

“Harus ada hal besar yang dikerjakan hingga terjadi kenaikan produksi dan perluasan pasar komoditas utama. Saya minta perkebunan fokus pada beberapa komoditas saja. Tetapkan targetnya apa yang mau dicapai dalam waktu 3 tahun ini dan apa yang harus dilakukan sampai ke industrinya. Visi kita adalah petani makmur,” katanya.

Syahrul juga meminta agar setiap orang di Ditjen Perkebunan fokus saja pada beberapa komoditas yang jadi super prioritas, sedangkan diluar itu jadi komoditas reguler.
“Harus ditetapkan Sumatera komoditas apa misalnya pinang, Papua misalnya sagu, Sulawesi kakao, juga daerah lain. Tetapkan hilirisasinya seperti apa. Jangan menanam saja tetapi nanti tidak tahu pasarnya seperti apa,” pinta Syahrul lagi.

Syahrul juga membahas beberapa komoditi andalan Indonesia yang berada di bawah kendali Ditjen Perkebunan, salah satunya kopi. Menurutnya, pemerintah harus menghadirkan bibit kopi yang bermutu tinggi supaya di masa depan dapat menguasai pasar kopi dunia.

“Tidak ada hal yang besar terjadi di dunia tanpa kehadiran kopi Indonesia. Tidak ada satupun kafe di dunia tanpa kopi Indonesia. Kopi yang ada sekarang harus diapakan. Kalau ingin menguasai pasar kopi dunia harus berbuat apa. Harus sediakan benih berapa. Buat terobosan supaya kebutuhan bisa dipenuhi,” katanya.

Melihat kafe asing bertebaran di mana-mana, lanjut Syahrul, seharusnya kafe yang menjual kopi Indonesia harus lebih banyak. Ia meminta agar Ditjen Perkebunan mempromosikan kopi asal Indonesia. Misalnya dengan membuat target agar setiap SPBU dan kafe menjual kopi asal Indonesia atau kampanye minum kopi lokal.

“Sebab kopi tubruk di warung-warung juga tidak kalah enaknya. Tinggal fokus mana saja yang harus dibenahi seperti kemasannya, penyajiannya,” kata Syahrul lagi.

Saat menjadi gubernur di Sulawesi Selatan, lanjutnya, Syahrul mengaku fokus pada pengembangan kakao. Alasanya karena seluruh dunia mengkonsumsi coklat yang berasal dari kakao. Dan terobosannya adalah membuat sambung samping.

“Sekarang kakao Indonesia harus dibooster lagi misalnya memproduksi coklat Indonesia bekerjasama dengan perusahaan multinasional,” ungkapnya.

Sawit juga jadi sasaran perhatian Syahrul. Menurutnya sawit saat ini harganya sedang bagus dan komoditi ini banyak digeluti oleh orang pintar.

“Karena sudah berkembang pesat tinggal dibooster saja hilirisasinya,” ungkapnya.

Untuk sagu, Syahrul mengatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki lahan sagu 3 juta hektar namun masih sulit menemukan produknya di pasar. Ditjen Perkebunan Ia minta mencari daerah mana saja yang menghasilkan sagu agar dibuat hilirisasi sagu jadi tepung, jadikan mie instant.

“Jangan terus menerus jadi importir gandum, gantikan dengan sagu. Bahan sudah ada tinggal dijahit dan didandani,” katanya.

Perlu diketahui, Indonesia juga sampai saat ini masih jadi impotir gula karena kalah bersaing dari sisi tanaman tebu dan mesin-mesin di PG . Syahrul minta pola pikirnya diubah misalnya kenapa tidak membuat gula dari stevia saja.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru