24.3 C
Indonesia

Mengintip Catatan Co-Pilot Pesawat Pengebom Hiroshima Bagian 2

Must read

TEXAS – Buku catatan Kapten Robert A Lewis, seorang co-pilot untuk pesawat pengebom “Enola Gay” yang menjatuhkan bom atom ke Hiroshima pada akhir Perang Dunia Kedua, disebut-sebut sebagai satu-satunya catatan kontemporer mengenai misi mengerikan tersebut.

Catatan itu dibuatnya selama misi berlangsung, merekam perasaannya sendiri saat menyaksikan bom sedemikian destruktif menghancurkan area seluas kurang lebih 4,7 mil persegi.

Seperti yang diketahui, Kota Hiroshima, Jepang, dibom oleh pihak Amerika Serikat pada Agustus 1945 silam.

Baca Juga:

Kejadian mengerikan itu merenggut 130.000 jiwa yang terdiri dari perempuan, laki-laki, hingga anak-anak.

Ditulis oleh Lewis, meskipun kru telah menyadari bahwa mereka akan menjatuhkan bom atom, tidak satupun dari mereka yang tahu tingkat kematian dan kehancuran yang akan ditimbulkannya.

Saat itu, timnya dikomandoi oleh pilot utama Paul Tibbets.

Dalam program penelitian yang diberi nama Proyek Manhatten, AS mengalahkan Nazi Jerman dan Jepang untuk mengembangkan bom atom.

Ketika teknologi sudah siap, AS memilih untuk menggunakannya di Jepang setelah para pemimpin negara itu menolak untuk menyerah menyusul kekalahan Nazi Jerman pada Mei 1945.

Awak Enola Gay lantas menjalankan misi mereka untuk mengebom Hiroshima 6 Agustus. Bom itu diledakkan di ketinggian 1.750 kaki.

Diperkirakan setelahnya bahwa 70 persen bangunan Hiroshima hancur.

Setidaknya 70.000 orang tewas dalam beberapa saat setelah bom meledak, dengan lebih banyak kematian datang kemudian.

“Untuk menit berikutnya tidak ada yang tahu apa yang diharapkan, pengebom dan joki kursi kanan atau Pilot [Tibbetts] keduanya lupa mengenakan kacamata hitam mereka dan karena itu [mereka] menyaksikan kilatan yang hebat… 15 detik setelah kilatan itu ada dua tamparan yang sangat berbeda di kapal.

“Lalu itu semua adalah efek fisik yang kami rasakan. Kami kemudian memutar kapal sehingga kami bisa mengamati hasilnya, dan di depan mata kami tidak diragukan lagi !!! ledakan terbesar yang pernah disaksikan manusia.

“Saya yakin seluruh kru merasa pengalaman ini lebih dari yang pernah dibayangkan manusia. Ini seperti tidak mungkin untuk dipahami,” paparnya panjang lebar.

Sang pilot pun melanjutkan perjalanan untuk merekam perasaan para kru yang kaget.

Ia juga menulis bahwa ia percaya Jepang akan “menyerah sebelum kita mendarat” karena “mereka tentu tidak peduli kita menjatuhkan bom energi atom lagi seperti ini”.

Akan tetapi, pihak berwenang Jepang nyatanya masih menolak untuk menyerah sehingga AS menjatuhkan bom kedua di Nagasaki.

Perangkat tersebut dibawa oleh pesawat pengebom B-29 bernama Bockscar.

Ledakan pada 9 Agustus itu adalah yang kedua dan, sejauh ini, serangan nuklir terakhir dalam sejarah.

Jepang kemudian akhirnya menyerah pada tanggal 15 Agustus. Keputusan tersebut bahkan disiarkan kepada rakyat Jepang oleh Kaisar negara tersebut.

Buku catatan Kapten Lewis terjual pekan ini Heritage Auctions di Kota Dallas, negara bagian Texas, AS, seharga $543.000 (sekitar Rp8,1 miliar).

Kapten Lewis sendiri telah meninggal karena serangan jantung di rumahnya di Virginia pada tahun 1983 dalam usia 65 tahun.

 

Sumber: Daily Mail UK

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru