JAKARTA – Baru-baru ini, sebuah pameran seni keramik dan tembikar digelar di Indonesia, tepatnya di CAN’s Gallery di bilangan Jakarta Pusat. Berlangsung selama enam hari, pada 22–27 Mei 2022, pameran ini adalah pameran tunggal dari sosok Arti Gidwani.
Ialah seniman keramik dan tembikar yang disegani di Jakarta dan New Delhi, India. Lahir pada tahun 1962, Arti menemukan cintanya terhadap bidang ini pada kisaran tahun 1997–2001.
Saat itu, ia berguru pada seorang ahli tembikar di Singapura. Ia kemudian memperdalam keahliannya dengan bekerja pada pekerja tembikar di Jakarta pada tahun 2003 lalu berkeliling dunia untuk mengikuti berbagai loka karya pembuatan keramik dan tembikar.
“Jakarta adalah rumah saya,” ucapnya saat ditemui di pamerannya kemarin, Rabu (27/4).
Bagi Arti, Jakarta memberikan tempat untuknya mengembangkan sayap selebar-lebarnya. Ia merasa nyaman untuk belajar, berkarya, hingga membuka studio di kota ini.
Tahun 2005 menjadi tahun dibukanya studio Arti Gidwani untuk pertama kalinya.
Dalam menciptakan karya, ia kerap mendapatkan ide dari keseharian di sekitarnya. Dan keramik serta tembikar yang harus diolah dengan tangan juga, baginya, dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam lingkungan kerjanya, Arti telah bertemu dengan sejumlah seniman tembikar ternama lainnya seperti Keith Haring, Yayoi Kusama, dan Jean-Michel Basquiat.
Beberapa dari mereka meninggalkan kesan mendalam baginya serta kerap mempengaruhi gaya seninya.
Warna, goresan garis, isu sosial, pemikiran out of the box, serta peleburan isu politik dan ketidakadilan yang digunakan sejumlah seniman adalah yang paling diperhatikan Arti.
Atas kerja kerasnya, ia berhasil menampilkan karya-karyanya dalam berbagai pameran, baik tunggal maupun kelompok, serta acara peragaan busana dalam dua dekade terakhir.
Beberapa di antaranya adalah Ceramic Expressions (2009, Ita’s Gallery, Jakarta), Clay with Silvery Lining (2012, Indigo Blue Art Gallery, Singapura), Perceptions (2015, Koi Gallery, Jakarta), Fashion Show – Celestial (2018, Jakarta), dan In Conversation – A Potter and a Painter (2017, Ciputra Artpreneur, Jakarta).
Selain pameran dan peragaan busana, karya-karyanya juga telah ditampilkan di sejumlah majalah dan jurnal serta dapat ditemukan di tangan para kolektor serta ruang publik di Jakarta dan dunia.
Adapun pameran terbarunya ini bertajuk “Hope is Not Cancelled” dan mengangkat sisi lain pandemi covid-19 sebagai tema besarnya.
“Ketika krisis datang, manusia beralih ke beragam medium untuk menyalurkan pengalaman mereka,” tutur Arti tentang inspirasi karya terbarunya.
Karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini merefleksikan perjalanan emosional Arti selama dua tahun ke belakang.
“Ini merupakan cara saya untuk berdamai dengan kesulitan, cara menemukan kekuatan, dan serta menyalurkan emosi dan medium untuk memahami dan berkontemplasi di masa-masa yang sulit ini,” lanjutnya.
“Saya ingin kita semua tahu dan percaya bahwa kita bersama-sama di masa sulit ini, dan kita tidak sendirian,” pungkasnya.