22.2 C
Indonesia

Mengenal Pesut Mahakam, Lumba-Lumba Perairan Tawar Indonesia

Must read

JAKARTA – Di perairan Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, hidup satu-satunya lumba-lumba air tawar Indonesia–yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai pesut Mahakam.

Di dunia internasional, hewan ini dikenal sebagai lumba-lumba Irrawaddy (Irrawaddy Dolphin) dan bernama ilmiah Orcaella brevirostris Gray.

Pesut Mahakam memiliki tampilan fisik yang unik. Kepalanya bulat, dahinya bundar, matanya kecil, dan tidak memiliki moncong seperti lumba-lumba lainnya.

Baca Juga:

Sirip dadanya yang lebar dan membulat memungkinkannya untuk terus berenang meskipun berat badannya bisa mencapai lebih dari 100 kilogram.

Melansir laman Portal Informasi Indonesia, hewan ini ternyata tidak hanya ditemukan di perairan Sungai Mahakam.

Perairan Danau Jempang di Kabupaten Kutai Barat serta Danau Semayang dan Danau Melintang di Kabupaten Kutai Kartanegara juga dilaporkan sebagai habitatnya.

Di luar negeri, pesut Mahakam bisa ditemukan di daerah pantai di Asia Selatan dan Tenggara, seperti di Sungai Ayeyarwady di Myanmar dan Sungai Mekong di Kamboja dan Laos.

Meskipun begitu, jumlahnya yang kini mengkhawatirkan mendorong International Union for Conservation of Nature (IUCN) menggolongkannya ke dalam daftar sangat terancam punah dan masuk ke dalam Appendix I pada CITES.

Kondisi tersebut didorong oleh terus berkurangnya jumlah pesut Mahakam di alam liar yang disebabkan oleh beberapa faktor.

“Ancaman yang utama yaitu terjadinya penyusutan habitat … yang terjadi merupakan dampak dari adanya aktivitas manusia,” demikian disampaikan laman tersebut.

“Di mana terjadinya perubahan penggunaan lahan sehingga mengakibatkan degradasi habitat dan hilangnya habitat bagi banyak spesies,” sambung laman tersebut.

Sifat alami pesut Mahakam kala bereproduksi juga tampaknya sedikit-banyak mempengaruhi eksistensinya.

Diketahui, organ reproduksi hewan ini baru akan matang di usianya yang menginjak 3–6 tahun.

Dengan periode kehamilan pesut Mahakam betina yang terjadi hanya sekali dalam tiga tahun, lama masa hamil yang mencapai 9–14 bulan, dan jumlah anak lahir hanya satu ekor, dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan waktu yang lama untuk hewan ini memperbanyak dirinya.

Sementara itu, ketika hidup, mereka masih harus berjuang di alam yang cenderung semakin rusak.

Selain penyusutan habitat, kualitas air yang terpengaruh oleh laju pembangunan juga, baik secara langsung maupun tidak, berpengaruh pada kualitas hidup mereka.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru