20 C
Indonesia

Mengenal Gerakan Feminisme, Benarkah Anti Laki-Laki?

Must read

JAKARTA – Kata “feminis” dan “feminisme” agaknya bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kita.

Kedua kata ini biasanya digaungkan ketika seseorang bercerita mengenai pengalamannya yang tidak menyenangkan sebagai seorang perempuan yang berhadapan dengan pandangan tradisional mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.

Perempuan yang tidak perlu berpendidikan setinggi mungkin, perempuan yang harus menurut tanpa mempertanyakan hal-hal yang ingin diketahuinya, perempuan yang harus selalu di rumah, perempuan yang ini, yang itu.

Baca Juga:

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan “feminis” sebagai orang yang menganut paham feminisme.

“Feminisme” sendiri diartikan sebagai gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki.

Pada awal kemunculannya, hak-hak yang dimaksud dalam gerakan ini berfokus pada hak politik seperti hak memilih pemimpin.

Seiring dengan berkembangnya zaman, feminisme juga menyasar hak-hak lain seperti pendidikan, ekonomi, sosial, gaya hidup, dan sebagainya.

Tujuan gerakan ini semata-mata adalah untuk menempatkan perempuan setara dengan laki-laki sebagai manusia.

Bukan untuk menempatkan laki-laki lebih rendah dari perempuan atau bahkan menghilangkan peran laki-laki dalam kehidupan.

Hal itu lah yang sering disalahpahami oleh banyak orang, sehingga feminisme dianggap sebagai gerakan anti laki-laki.

Pada kenyataannya, feminisme berusaha mendobrak pandangan sosial yang serba mementingkan laki-laki ketika perempuan juga berhak atas itu.

Sebagai manusia, perempuan juga punya mimpi, suara, prinsip, yang tidak jarang dikalahkan oleh pandangan bahwa mimpi, suara, dan prinsip laki-laki jauh lebih utama.

Akibatnya, perempuan menjadi pihak yang lebih rentan dan sering kali tetap disalahkan jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Gerakan feminisme dimulai sejak akhir abad ke-18 dan terus berkembang hingga saat ini.

Kini, topik feminisme tidak hanya muncul dalam karya ilmiah atau forum diskusi tingkat tinggi.

Tokoh feminis dan feminisme telah disisipkan ke dalam karya sastra, film, musik, hingga tayangan komedi.

Tak jarang juga karya-karya tersebut mengangkat kisah para feminis dan gerakan feminisme sebagai topik utamanya.

Hal ini adalah bentuk edukasi agar semakin banyak orang mengenal dan mengerti tujuan gerakan ini.

Belakangan ini, feminisme juga mulai merangkul berbagai kelompok lainnya yang sama rentannya terhadap pandangan sosial, seperti kelompok ras, kelompok kelas menengah ke bawah, kelompok orientasi seksual, dan lainnya.

Dalam hal ini, feminisme sekali lagi menekankan bahwa tiap-tiap manusia berhak atas hidupnya sendiri.

Mereka berhak untuk mengekspresikan diri dan berjuang untuk diri sendiri selama tidak melukai orang lain.

Begitupun dengan laki-laki, yang berhak hidup di luar kerangka tradisional yang menuntutnya untuk ini dan itu.

Laki-laki juga boleh menangis, boleh menyukai warna pink dan warna-warna cerah lainnya, boleh untuk tidak kuat mengangkat sesuatu.

Pada akhirnya, semua orang seharusnya boleh memiliki jalan hidupnya sendiri dan berjuang untuk itu selagi tidak merugikan orang lain.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru