ENSIKLOPEDIA – Mengapa para pemimpin agama Yahudi dengki terhadap Kristus? Salah satu faktor adalah karena ia disukai rakyat jelata, yang dipandang hina oleh para pemimpin agama saat itu.
Ketika Yesus berada di bumi, orang banyak terpukau oleh hal-hal yang dikatakannya dan takjub akan mukjizat-mukjizat yang diadakannya.
Alhasil, banyak yang ”beriman kepadanya” dan menerimanya sebagai Mesias, atau Kristus, yang dijanjikan
Selain itu, pikiran dan praktek keagamaan orang Yahudi telah jauh menyimpang dari Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham.
Para pemimpin agama zaman itu—kaum Saduki, Farisi, dan para penulis—menjunjung tradisi buatan manusia, menganggapnya lebih penting daripada Firman Allah yang tertulis.
Berulang kali mereka menuduh Yesus melanggar Hukum karena ia mengadakan penyembuhan secara mukjizat pada hari Sabat.
Yesus dengan gigih menyanggah ajaran mereka yang tidak berdasarkan Kitab Suci, dan dengan demikian ia menantang kewenangan mereka serta pengakuan bahwa mereka memiliki kedudukan yang diperkenan di hadapan Allah.
Tidak seperti mereka, Yesus datang dari latar belakang yang sederhana dan tidak mengikuti pendidikan keagamaan formal mereka.
Tidak heran, sangat sulit bagi orang-orang Yahudi yang angkuh untuk mengakui Yesus sebagai sang Mesias! Konfrontasi demikian membuat mereka begitu marah sehingga mereka ”bermufakat melawan [Yesus] agar mereka dapat membinasakan dia”
Salah satu murid Yesus yang bernama Yohanes dalam bukunya bahkan mencatat keluh kesah para orang Farisi yang tidak suka bila orang-orang pergi mengikuti Yesus.
Orang Farisi adalah Sekte agama Yahudi (Yudaisme) yang terpandang di abad pertama M. Mereka bukan keturunan imam, tapi mereka menjalankan Taurat dengan teliti sampai ke perinciannya yang terkecil, serta menganggap tradisi-tradisi yang tidak tertulis sama pentingnya dengan Taurat.
Mereka tidak mau menerima pengaruh apa pun dari kebudayaan Yunani, dan sebagai ahli di bidang Taurat dan tradisi, mereka sangat berkuasa di masyarakat.
Ada juga orang Farisi yang menjadi anggota Sanhedrin. Mereka sering berlawanan dengan Yesus dalam hal menjalankan Sabat, tradisi, dan pergaulan dengan orang berdosa dan pemungut pajak. Ada juga yang menjadi Kristen, seperti Saul dari Tarsus.
Begitu pula, sewaktu belakangan ada yang menyambut pemberitaan kabar baik dari para pengikut Yesus, para penentang dari kalangan agama lagi-lagi ”dipenuhi kecemburuan” dan menyerang orang-orang Kristen.
Musuh-musuh lainnya resah karena tingkah laku baik hamba-hamba Allah.
Kendati banyak sekali bukti yang mendukung identitas Yesus sebagai sang Mesias, mayoritas orang yang melihat dan mendengar Yesus tidak menjadi orang percaya.
Namun, bagaimana para pemimpin agama dapat menyepelekan kesanggupan Yesus mengadakan mukjizat? Mereka tidak menyangkal bahwa mukjizat-mukjizat itu terjadi.
Tetapi, dengan menghujah mereka berupaya melemahkan iman kepada Yesus, menganggap bahwa kuasanya itu berasal dari Setan; mereka mengatakan, ”Orang ini (Yesus) tidak mengusir hantu-hantu kecuali dengan perantaraan Beelzebul, penguasa hantu-hantu.”
Ada alasan mendasar lainnya yang menyebabkan mereka dengan kukuh menolak untuk mengakui Yesus sebagai sang Mesias.
Setelah Yesus membangkitkan Lazarus (orang yang miskin) dari kematian, para pemimpin dari berbagai faksi agama berunding bersama dan mengatakan, ”Apa yang harus kita lakukan, karena orang itu mengadakan banyak tanda? Jika kita membiarkan dia seperti ini, mereka semua akan beriman kepadanya, dan orang-orang Romawi akan datang dan mengambil tempat ibadat kita dan juga bangsa kita.”
Karena takut kehilangan kuasa dan kedudukan, para pemimpin agama berkomplot untuk membunuh Yesus dan juga Lazarus!
Sumber: Situs Saksi-Saksi Yehuwa (www.jw.org)