25.8 C
Indonesia

Membangkitkan Ekonomi Ala Mangkunegara VI

Must read

JAKARTA – Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VI bernama kecil RM Suyitno atau KPA Dayaningrat bertahta sekitar tahun 1896 – 1916. Dia merupakan penerus dinasti Mangkunegaran yang berada di Solo, Jawa Tengah.

Sejarah menyebutkan bila posisi saat itu Mangkunegara V tidak digantikan oleh putranya langsung karena puteranya belum mencapai kematangan untuk berkuasa. Jadilah RM Suyitno yang dipilih sebagai penggantinya.

Mangkunegara VI mulai bertahta pada tanggal 21 November 1896, dan selanjutnya tampil sebagai penguasa yang membawa pembaharuan dan perubahan. Berbeda dengan kakaknya Mangkunegara V yang mengedepankan Kesenian, Mangkunegara VI lebih mengedepankan keuangan dan ekonomi sehingga kas kerajaan yang di zaman kakaknya memerintah hampir kosong oleh Mangkunegara VI digemukkan kembali.

Baca Juga:

Keuangan Mangkunegaran pada masa itu sedang jatuh akibat kurang tertibnya manajemen pengelolaan dalam bisnisnya. Disamping itu, harga gula di pasaran dunia juga sedang jatuh karena mendapat pesaing baru dari Brasil. Pada masa Mangkunegara VI ini, utang kerajaan yang ditinggalkan pendahulunya dapat dilunasi.

Wasino dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 2008 menyebutkan bahwa terhitung 1 Juni 1899 semua kepengurusan perusahaan perusahaan Mangkunegaran kembali lagi ke Praja Mangkunegaran dengan pengendali langsung oleh Mangkunegara VI yang memisahkan antara keuangan perusahaan dan keuangan kerajaan.

Akibat dari kebijakan penguasa Mangkunegaran ini, semua perusahaan berada dalam kontrol seorang superintenden. Sejak saat itu campur tangan residen Belanda dalam keuangan perusahaan berakhir.

Sektor-sektor ekonomi pedesaan tradisional diubah menjadi modern dengan jalan memperbanyak perkebunan dengan ditanami kopi, nila, tebu, atau gula di wilayah Praja (Lombard, 1996). Kondisi wilayah Mangkunegaran yang agraris difungsikan dan dikelola dengan prinsip keteraturan warisan ayahnya.

Konflik antara Residen dengan Mangkunegara VI sering terjadi dalam tarik ulur karena pihak Mangkunegaran yang memiliki otonomi pengaturan menolak campur tangan Residen.

Residen Surakarta Van Wijk melakukan intervensi dengan cara pihak Mangkunegaran diwajibkan untuk konsultasi dalam melakukan anggaran keuangan kerajaan.

Disamping itu Mangkunegara VI juga pernah melakukan penyitaan terhadap Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (perusahaan kereta api swasta Belanda), yang tidak mampu membayar pajak untuk tanah-tanah yang disewanya.

Prestasi Kerja Dalam Bidang Ekonomi

Sebagai raja yang dihadapkan pada keterpurukan kerajaan yang terancam bangkrut, Mangkunegara VI telah menorehkan beberapa prestasi bagi keberlangsungan Praja Mangkunegaran yang antara lain sangat tidak berlebihan disebutkan sebagai berikut:

1. Mangkunegara VI berhasil dalam melaksanakan reformasi praja dari situasi bangkrut karena tenggelam dalam utang kepada kerajaan Belanda menjadi terlunasinya utang kerajaan bahkan mencapai nilai surplus.

Stabilitas perekonomian kerajaan menjadi meningkat sehingga standar hidup masyarakat mulai membaik kembali. Imbasnya, pasar-pasar baru bermunculan disekitar perkebunan.

2. Membangun kembali kekuatan Legiun Mangkunegaran dengan pendanaan yang lebih dari cukup sehingga kekuatan korps yang sempat berkurang menjadi kuat kembali seperti sediakala.

Pemerintahannya yang tampil dengan banyak perubahan dan anti Belanda berkesudahan dengan ketegangan. Mangkunegara VI memiliki putera dan putri: KPA Suyono Handayaningrat dan BRAy Suwasti Hatmosurono.

Setelah hampir 13 tahun berkuasa, Pada tahun 1912 surat keputusan dari pemerintah kolonial tentang penetapan Raden Mas Suryosuparto, keponakannya anak dari Mangkunegoro V, untuk menjadi penerus dari Mangkunegoro VI.

Merasa “legowo” dan menganggap bahwa pengabdiannya telah cukup untuk mengembalikan kemajuan kadipaten Mangkunegaran, akhirnya Mangkunegara VI mengundurkan diri dan bermukim di Surabaya. Mangkunegara VI adalah satu-satunya raja Mangkunegaran yang mengundurkan diri atas kehendak sendiri.

Di Surabaya, putra dan menantu Mangkunegara VI yaitu KPA Suyono Handayaningrat dan RMP Hatmosurono aktif dalam pergerakan Budi Utomo dan bersama dengan Dr. Sutomo mendirikan partai politik bernama Parindra.

Ketika wafat Mangkunegara VI tidak disemayamkan di Astana Mangadeg atau Astana Girilayu melainkan di Astana Utoro Nayu, Surakarta. Di Mangkunegaran yang bertahta selanjutnya adalah keponakannya yaitu RMA.

Suryasuparta sebagai Mangkunegara VII. Mangkunegara VI memilih Surabaya sebagai tempat pada hari tua nya untuk mempersiapkan putra dan menantunya melanjutkan konsep tata negara yang tidak dapat dilaksanakan melalui sebuah Kadipaten.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru