MYANMAR – Giok dan sumber daya alam yang berlimpah lainnya di utara Myanmar, termasuk juga kayu, emas, dan batu ambar, telah membantu finansial baik pemberontak Kachin maupun pihak militer selama perang sipil yang terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya.
Warga sipil seringkali terjebak di tengah-tengah perebutan atas kendali tambang sekaligus pendapatannya yang menguntungkan dengan ditambah oleh merajalelanya pertukaran narkoba dan senjata, konflik bertambah parah.
Tahun lalu, hujan yang sangat lebat memicu bencana longsor yang sangat besar di Hpakant. Bencana ini kemudian diketahui mengubur hampir 300 penambang.
Watchdog Global Witness memperkirakan bahwa industri ini bernilai sekitar 31 miliar dolar Amerika pada 2014 lalu. Akan tetapi, dengan adanya korupsi, sangat sedikit yang masuk ke kas negara.
Dalam laporannya tahun ini, Watchdog Global Witness juga melaporkan bahwa kudeta militer Februari lalu telah berhasil menumpas celah apapun yang dapat digunakan untuk membangun kembali industri berbahaya dan tak teratur ini. Pemimpin terguling Aung San Suu Kyi kemudian diketahui sebagai pihak yang memprakarsai industri ini.
Kudeta tersebut juga memicu perang di negara bagian Kachin, antara pemberontak lokal dengan militer Myanmar.
Perlu diketahui pada bulan Mei lalu, pihak militer meluncurkan serangan dari udara untuk melawan pemberontak. Mereka kemudian mengatakan kepada AFP bahwa mereka telah menjatuhkan satu helikopter tempur ketika pemberontakan sengit yang terjadi di ujung utara negeri tersebut.
Memakan Banyak Korban Jiwa
Pada Rabu (22/12) pagi waktu setempat, bencana tanah longsor terjadi di pertambangan giok di Hpakant. Satu orang ditemukan meninggal, 25 luka-luka, dan puluhan hingga ratusan dikabarkan masih hilang.
Longsor diindikasi oleh tekanan yang semakin berat di atas salah satu sisi tanah hingga membuat tanah merosot ke bawah. Jelasnya, tanah yang sebelumnya berada di bawah harus dilempar ke atas agar penambangan terus berjalan.
“Mereka menambang pada malam hari dan pada pagi hari, mereka mengeluarkan tanah dan batu,” ucap salah satu aktivis setempat.
Instansi pemadam kebakaran Myanmar mengatakan personel dari Hpakant dan kota terdekat, Lone Khin, diikutsertakan dalam upaya penyelamatan. Akan tetapi, mereka belum memberikan angka mengenai korban yang hilang maupun meninggal.
Tiap tahunnya, banyak pekerja yang meninggal di pertambangan giok tersebut. Tambang ini kemudian diketahui menggunakan tenaga murah dari para imigran untuk mengeluarkan giok yang didambakan oleh negara tetangga, Cina.