DENPASAR – Bergabungnya Arkeologi Bali ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tidak lantas menghentikan kegiatan penelitian dan pengembangan arkeologi yang selama ini telah dilakukan keduanya. Beberapa kegiatan di antaranya adalah penelitian arkeologi pendayagunaan dan perawatan benda bernilai budaya.
Alhasil, Arkeologi-BRIN kini menjadi rujukan masyarakat yang ingin mengetahui hasil penelitian arkeologi, baik yang berupa benda maupun situs peninggalan sejarah.
Permintaan layanan masyarakat yang diterima Arkeologi-BRIN juga bermacam-macam, di antaranya terkait dengan penemuan bidang arkeologi, pembacaan prasasti, dan lontar.
Penelitian tentang penemuan benda prasejarah seperti arca, candi, dan pura juga menjadi pekerjaan Arkeologi-BRIN.
Penemuan yang diteliti dapat berdasarkan laporan masyarakat maupun hasil penemuan para peneliti Arkeologi Bali-BRIN sebelumnya.
Untuk itu, pelayanan dapat langsung dilakukan di tempat penemuan benda prasejarah maupun tempat permintaan layanan.
Salah seorang Peneliti Muda Arkeologi Bali-BRIN, Luh Suwita Utami mengatakan bahwa kantornya memiliki empat klasifikasi bidang keahlian, yang meliputi prasejarah, klasik, kolonial, dan maritim.
Keahlian prasejarah menitikberatkan pada temuan-temuan prasejarah. Keahlian klasik lebih berfokus pada penemuan candi, struktur candi, arca, epigraf, dan pembacaan prasasti.
Di sisi lain, keahlian kolonial difokuskan pada pengaruh masuknya pedagang hingga penjajah pada awal kolonial di Indonesia. Sedangkan, keahlian maritim meliputi peninggalan prasejarah di bawah laut.
“Masyarakat dapat mengajukan permohonan layanan yang berkaitan dengan arkeologi ke kantor ini,” ujar Utami.
Pengajuan tersebut, jelasnya, dapat diinisiasi oleh kelompok masyarakat sendiri, instansi, maupun universitas.
“Surat permohonan layanan dapat langsung dialamatkan ke Kantor Arkeologi Bali–BRIN, yang berkedudukan di daerah Sesetan, Denpasar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Utami menambahkan bahwa tidak menutup kemungkinan bagi Arkeologi Bali-BRIN dalam menjalin kerja sama dengan instansi terkait demi memenuhi kebutuhan pelayanan.
Misalnya, dengan Universitas Udayana bagian bahasa dan sastra.
Selain itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam pemberian layanan, masyarakat lokal dan tokoh masyarakat juga diikutsertakan dalam kerja sama dan proses eksekusi di lapangan.