THE EDITOR – Masyarakat adat Papua Barat menolak produk makanan Kitkat serta produk lain yang dihasilkan oleh Nestle dan Mondelez karena diduga terkait dengan kejahatan lingkungan dengan menebang ribuan hektar hutan untuk ditanami dengan sawit.
Seperti diketahui, minyak sawit banyak dipakai oleh produk-produk makanan terkenal seperti Nestle dan Mondelez. Kali ini, salah satu produk andalan Nestle, yaitu KitKat, Smarties dan Cokelat Aero, Biskuit Oreo, Ritz Crackers dan shampoo untuk rambut bermerek Pantene dan Herbal Essence juga masuk radar penolakan dunia karena berkaitan dengan perusakan hutan.
The Guardian pada Kamis, 20 Maret 2025 merilis bila semua produk yang disebutkan di atas menggunakan bahan dari minyak sawit yang diperoleh langsung dari Papua Barat.
Papua Barat dikuasi oleh Indonesia sejak tahun 1963 dan ribuan hektar hutan hujan di daerah tersebut dijadikan sebagai salah satu lahan penanaman sawit.

Lebih dari 90 suku di Papua Barat yang tergabung dalam organisasi politik dan keagamaan dikatakan sepakat untuk melakukan boikot sampai hak-hak Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri dipenuhi.
Juru Bicara aksi United Liberation Movement untuk Papua Barat Raki Ap mengatakan bila produk-produk di atas terkait dengan pelanggaran hak azasi manusia karena memaksa warganya dengan kekerasan untuk meninggalkan tempat tinggal mereka selama ribuan tahun.
“Produk-produk ini terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia, pertama-tama, karena orang Papua Barat dipaksa, dengan kekerasan, untuk meninggalkan tanah tempat mereka tinggal selama ribuan tahun, yang kini mengakibatkan kejahatan ekologi,” ungkapnya.
“Ini adalah sinyal bagi negara-negara yang bertransaksi dengan Indonesia, terutama di kawasan Pasifik, untuk menyadari dengan siapa mereka bertransaksi dan bagaimana mereka pada dasarnya membiarkan Indonesia melanjutkan proyek kolonial di Papua Barat, pelanggaran hak asasi manusia, dan juga kejahatan ekologi,” tambahnya.
Papua Barat terletak di bagian barat Pulau Nugini, tempat ini merupakan kawasan hutan hujan terbesar ketiga di dunia.
Daerah Papua Barat kaya akan sumber daya alam seperti tambang emas dan tembaga. Dua hasil alam ini diketahui menjadi cadangan terbesar di dunia, yang diikuti dengan gas alam, mineral dan kayu besar.
Selama beberapa abad di masa lalu, kawasan ini pernah menjadi bagian Hindia Belanda, namun di tahun 1963, Papua Barat diserahkan kepada Indonesia.
Bagi penduduk asli, situasi tersebut tidak memberi manfaat apapun dari kekayaan alam yang begitu melimpah.
Sejak diduduki oleh Indonesia, dikatakan bila telah terjadi penindasan tersembunyi dengan sebutan yang sangat tegas hampir sama seperti ‘genosida’ pada penduduk lokal Papua Barat.
Dikatakan juga bila dalam enam dekade terakhir, 500.000 penduduk Papua Barat telah terbunuh dan jutaan hektar tanah leluhur mereka dihancurkan untuk keuntungan perusahaan perkebunan.
Indonesia, yang sudah menjadi eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia, kini tengah membangun perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia di Papua Barat, serta perkebunan tebu dan biofuel yang akan menjadi proyek deforestasi terbesar yang pernah diluncurkan.
Dilaporkan juga bila sejumlah perusahaan akan membangun perkebunan kelapa sawot di wilayah timur Papua Barat.
Luas area yang akan dipakai sekitar 140.000 hektar yang luasnya dua kali lipat ibukota Jakarta, Indonesia.
Pada saat yang sama, pemerintah Indonesia berencana untuk mengubah Merauke, di selatan, menjadi lokasi seluas 2 juta hektar untuk produksi 2,6 juta ton gula dan 244 juta liter bioetanol setiap tahun.