20.2 C
Indonesia

Mandeknya Pemasokan Bahan Mentah Akan Terus Berlangsung Tahun Depan?

Must read

DW – Tahun 2021 dunia industri mengalami kelangkaan bahan mentah, terutama semikonduktor dari Cina. Industri otomotif terpaksa menurunkan atau bahkan menghentikan produksinya. Situasinya belum akan berubah banyak awal 2022.

Tahun 2021, prospek ekonomi sebenarnya cukup baik. Setelah dunia mengalami lockdown di berbagai tempat setahun sebelumnya, vaksinasi meredakan penyebaran pandemi.

Berbagai pelonggaran membuat banyak orang lega, dan sekarang setiap orang ingin berbelanja lagi. Karena dalam setahun ini banyak pengeluaran yang direncanakan akhirnya harus dibatalkan, misalnya rencana liburan dan belanja barang.

Baca Juga:

Ketika pelonggaran mulai dilakukan dan restoran serta tempat-tempat hiburan kembali dibuka, konsumen menyambutnya dengan pergi berbelanja, berlibur dan memenuhi tempat-tempat hiburan.

Animo yang besar ini bahkan sempat mengagetkan para pebisnis dan pedagang yang belum siap menghadapi serbuan pelanggan.

Permintaan barang dan jasa mendadak melonjak saat jalur pemasokan barang belum pulih. Akibatnya harga-harga naik, demikian juga tingkat inflasi. Industri dan bisnis hampir di seluruh dunia harus menunggu pemasokan barang, terutama semikonduktor dari Cina.

Kekurangan peti kemas untuk pengiriman barang

Yang dicari konsumen terutama barang-barang elektronik seperti komputer, smartphone dan peralatan elektronik rumah tangga sampai mobil baru. Banyak pedagang harus menunggu lama sampai barang dagangan pesanannya tiba.

Dalam wawancaranya bersama DW, ekonom senior di Organisasi Perdagangan Dunia WTO Coleman Nee mengatakan bahwa saat ini yang langka bukan hanya barang, melainkan juga peti kemas untuk mengangkut barang-barang itu. Masalahnya adalah kendala fisik di pelabuhan

Dia menambahkan, angkutan udara yang digunakan untuk membawa barang-barang seperti semikonduktor, juga harus berjuang untuk memenuhi permintaan yang tinggi.

Ramainya pemesanan dan permintaan barang yang tiba-tiba melonjak, menyebabkan kemacetan besar di pelabuhan-pelabuhan AS dan Eropa, terutama karena distribusi dan ketersediaan peti kemas tidak merata secara global.

Pembongkaran barang di pelabuhan-pelabuhan tujuan berlangsung lambat karena pembatasan corona. Akibatnya, peti kemas yang kosong butuh berminggu-minggu sampai bisa dikirim kembali ke Asia.

Hal itu menyebabkan harga peti kemas melonjak ke rekor tertinggi, karena perusahaan-perusahaan berlomba untuk mendapatkan peti kemas dan mengirimkan barang mereka.

Menurut perusahaan ekspedisi Drewry, biaya rata-rata untuk pengangkutan kontainer ukuran 40 kaki lewat laut sampai pertengahan Desember tahun ini mencapai 9.300 dolar AS, naik 170 persen dibanding setahun sebelumnya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru