PETERSBURG – Invasi yang dilakukan oleh Rusia atas Ukraina di abad modern ini mengundang banyak tanya. Tim Redaksi The Editor khusus akan merangkum untuk anda tentang alasan perang ini muncul langsung dari Petersburg, Rusia.
Dalam sambungan telepon yang berlangsung dari Jakarta ke Petersburg pada Sabtu pukul 22.00 WIB diketahui bila hingga kemarin para protestan yang membela Ukraina mendapat perlakukan buruk dari pemerintah Rusia.
“Pada intinya Presiden Putin ingin agar Kyiv masuk kembali ke Wilayah Rusia seperti di masa lalu saat masa-masa berjaya Uni Soviet,” ujar Ksenia.
Ksenia yang saat ini tinggal di Petersburg mengatakan bahwa di negaranya aksi protes terhadap keputusan Presiden Putin tidak hanya berlangsung di jalanan saja, melainkan juga di media massa seperti televisi, koran dan media online.
Meski demikian, sejumlah jaringan televisi yang dibiayai oleh pemerintah melakukan propaganda dengan mengiklankan informasi yang meminta agar masyarakat mendukung langkah-langkah yang tengah diambil oleh Presiden Putin.
“Sebagian media massa menolak keputusan presiden dan sebagian lagi mendukung dengan aksi-aksi propaganda. Media massa yang menolak bahkan mengkritisi dengan sangat tajam,” katanya.
Pada dasarnya, lanjut Ksenia, banyak sekali masyarakat di Rusia yang mengutuk sikap Presiden Putin. Persamaan budaya dan bahasa membuat banyak orang menangis dan khawatir dengan kondisi warga Ukraina yang tinggal di kota Kyiv.
“Bahasa nasional Ukraina itu ada 2. Pertama bahasa Ukraina dan kedja bahasa Rusia. Jadi kedekatan budaya ini membuat kami merasa Ukraina adalah kami juga,” ungkap Ksenia.
Sejauh ini, masih kata Ksenia, setelah pemerintah Rusia menutup Facebook, satu-satunya media sosial yang paling aman dan bisa dipakai tanpa khawatir disadap di Rusia adalah telegram.
Rencana Menghidupkan Uni Soviet
Media The Guardian mengatakan ada banyak teori yang membuat Presiden Vladimir Putin ingin menyerang Ukraina.
Presiden Putin dikatakan ingin membangun kembali lingkup pengaruh Rusia di Eropa timur, terutama merangkul bekas republik Soviet seperti Estonia, Latvia, Lithuania, Belarusia, Georgia, dan Ukraina yang sekarang merdeka.
Dia sering disebut meratapi “kehilangan” mereka setelah Uni Soviet runtuh. Putin mungkin juga berharap untuk menunjukkan ke barat (dan Rusia) bahwa negara itu masih negara adidaya, meskipun dengan sebagian besar tindakan (persediaan senjata nuklir dan geografi terpisah) itu adalah kekuatan menengah yang gagal.
Mengapa Harus Menyerang Ukraina?
Putin khawatir Ukraina yang penting secara strategis, yang memimpin sayap barat daya Rusia, berasimilasi ke barat.
Dia keberatan dengan kedekatannya yang berkembang dengan NATO. Dia juga menentang hubungan Kyiv yang berkembang dengan UE.
Lebih buruk lagi, The Guardiang mencatat barwa dari sudut pandang Putin, Ukraina adalah negara demokrasi, dengan kebebasan berbicara dan media bebas yang dengan bebas memilih pemimpinnya.
Dalam praktiknya, Rusia tidak menikmati kebebasan seperti itu – jika mereka mengikuti contoh Ukraina, Putin tidak akan bertahan lama.
Secara lebih luas, Putin adalah seorang revisionis nostalgia yang menganggap Ukraina sebagai bagian integral dari sejarah Rusia dan kekalahannya sebagai simbol kekalahan perang dingin Rusia.
Mengapa Serangan Baru Terjadi Sekarang?
The Guardian mengatakan alasan baru sekarang Putin menyerang karena Sang Presiden mungkin tengah merasakan kelemahan Barat.
NATO dipermalukan tahun lalu di Afghanistan dan Joe Biden, yang berkampanye untuk mengakhiri perang, bukan terlibat dalam perang baru, telah memfokuskan kembali kebijakan luar negeri Amerika dan sumber daya militer di China, bukan Eropa.
Dinyatakan juga bahwa Putin membutuhkan kemenangan besar untuk menopang dukungan domestiknya, membela kebijakan anti-Baratnya, memaafkan korupsi rezim yang merajalela dan kleptomania, dan membenarkan kesulitan yang dialami Rusia sebagai akibat sanksi barat yang diberlakukan setelah serangan pertamanya di Ukraina, pada 2014.
Saat itulah dia mencaplok Krimea dan mengambil kendali de facto di wilayah Donbas timur.