THE EDITOR – Setidaknya 31 warga Palestina di Gaza tewas karena tembakan saat dalam perjalanan menuju lokasi distribusi bantuan di Jalur Gaza pada Sabtu (13/7/2025).
The Associated Press beberapa waktu yang lalu mengabarkan bila di saat yang bersamaan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 28 warga Palestina, termasuk empat anak-anak.
Informasi yang dirangkum dari pejabat rumah sakit Palestina dan sejumlah saksi mata ini dikabarkan terjadi karena tanda-tanda perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak juga ditemukan dari pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu dua hari yang lalu.
Saat itu, Presiden Trump mengatakan pihaknya akan mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas yang berpotensi mengakhiri perang.
Akan tetapi, Pejabat Rumah Sakit dan saksi mata mengatakan bila 31 korban yang ditembak mati hari ini adalah orang-orang yang sedang dalam perjalanan menuju lokasi distrubusi makanan dan obat-obatan yang dikelola oleh organisasi Amerika Serikat dan didukung oleh Israel.
Yayasan kemanusiaan Gaza yang mereka dirikan sebagai lokasi distribusi berada di dekat Kota Rafah, Gaza Selatan.
Palang Merah Internasional mengatakan bila pihaknya telah menyaksikan gelombang kematian besar-besaran selama 1 tahun penugasan mereka di Gaza dimana lebih dari 100 orang korban diantaranya mengalami luka tembak.

Gedung-gedung runtuh di Deir al-Balah yang berada di Gaza Tengah usai terkena serangan udara Israel (FOTO: The Associated Press/Abdel Kareem Hana/THE EDITOR)
Pejabat Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa mengatakan serangan udara Israel di Deir al-Balah di Gaza menewaskan 13 orang dimana 4 diantaranya adalah anak-anak.
Rumah Sakit Nasser sendiri mengatakan bila lokasi 15 orang yang tewas lainnya adalah di Khan Younis.
Pihak militer israel tidak menanggapi permintaan media terkait peristiwa mematikan ini.
Selain itu, dikabarkan juga bila saat ini serangan udara secara intensif terus berlanjut hingga Sabtu malam di wilayah Beit Hanoun di Gaza Utara.
REMAJA TEWAS SAAT HENDAK MENGAMBIL MAKANAN
Selama 21 bulan perang di Gaza, sebagian penduduk yang jumlahnya lebih dari 2 juta menggantungkan hidup pada bantuan dari luar.
Ahli ketahanan pangan sendiri sudah memprediksi akan terjadi badai kelaparan di Gaza. Israel memblokade dan membatasi masuknya bantuan setelah mengakhiri gencatan senjata pada bulan Maret 2025 lalu.
“Semua individu yang tanggap melaporkan bahwa mereka mencoba mengakses lokasi distribusi makanan,” kata Palang Merah Internasional di Gaza.
Hal ini dikatakan setelah terjadi penembakan di Kota Rafah dalam skala dan frekuensi yang dianggap mengkhawatirkan dari sebuah insiden massal seperti itu.
Militer Israel mengatakan telah melepaskan tembakan peringatan ke arah orang-orang yang menurut mereka berperilaku mencurigakan untuk mencegah mereka mendekat.
Militer Israel mengatakan tidak mengetahui adanya korban jiwa.
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) mengatakan tidak ada insiden yang terjadi di dekat lokasinya.
Yayasan GHF didirikan oleh PBB, Israel dan Amerika Serikat.
Abdullah al-Haddad mengatakan bila saat itu Ia berada 200 meter dari lokasi pendistribusian makanan dan obat-obatan milik GHF. Lokasinya berada dekat di Shakoush ketika sebuah tank milik Israel mulai menembaki kerumunan warga Palestina.
“Kami bersama-sama dan mereka (Israel) langsung menembak kami,” katanya sambil menangis kesakitan akibat luka di kaki dan dirawat di Rumah Sakit Nasser.
Mohammed Jamal al-Sahloo, saksi mata lainnya, mengatakan militer Israel telah memerintahkan mereka untuk segera menuju lokasi ketika penembakan dimulai.
Sumaya al-Sha’er kehilangan puteranya yang berusia 17 tahun, Nasir, tewas, kata petugas rumah sakit.
“Dia bilang ke saya, ‘Bu, Ibu tidak punya tepung, dan hari ini saya akan pergi membawakan tepung, bahkan jika saya mati, saya akan pergi mengambilnya,'” katanya.
“Tapi dia tidak pernah pulang.”
Sampai saat itu, katanya, ia telah mencegah remaja putri itu pergi ke lokasi GHF karena ia pikir itu terlalu berbahaya.

Para saksi, pejabat kesehatan, dan pejabat PBB mengatakan ratusan orang telah tewas akibat tembakan Israel saat menuju titik distribusi GHF melalui zona militer yang terlarang bagi media independen.
Militer telah mengakui telah melepaskan tembakan peringatan ke arah warga Palestina yang menurutnya mendekati pasukannya dengan cara yang mencurigakan.
GHF membantah telah terjadi kekerasan di dalam atau di sekitar lokasinya.
Namun, dua kontraktor GHF mengatakan kepada The Associated Press bahwa rekan-rekan mereka telah menembakkan peluru tajam dan granat kejut saat warga Palestina yang berebut makanan. Tuduhan ini ternyata langsung dibantah oleh yayasan tersebut.
Diwawancara terpisah, PBB dan kelompok-kelompok bantuan di Gaza mengatakan bila mereka kesulitan mendistribusikan bantuan kemanusiaan karena pembatasan militer Israel dan aturan hukum serta perintah yang telah menyebabkan penjarahan besar-besaran.
Minggu ini 150.000 liter bahan bakar telah masuk Gaza setelah 130 hari warga Palestina harus bertahan. Bantuan yang disebut sangat kecil tersebut dikabarkan akan mendorong kelangsungan hidup masyarakat dimana sebagian akan digunakan untuk rumah sakit, sistem pengairan, transportasi dan lain-lain.
Perlu diketahui, militan yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dalam serangan mereka pada 7 Oktober 2023 di Israel yang memicu perang dan menculik 251 orang.
Hamas masih menyandera sekitar 50 orang, dengan setidaknya 20 orang diyakini masih hidup.
Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 57.800 warga Palestina, dimana lebih dari separuhnya perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Kementerian tersebut, yang berada di bawah pemerintahan Hamas di Gaza, tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan hamas dalam penghitungannya.
PBB dan organisasi internasional lainnya menganggap angka-angka tersebut sebagai statistik paling andal tentang korban perang.