JAKARTA – Program pompanisasi yang tengah digencarkan oleh kementerian pertanian lewat Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dinilai sangat penting untuk mengantisipasi badai El-Nino yang kerap menyebabkan lahan pertanian masyarakat menjadi kering.
“Program pompanisasi untuk mengantisipasi aranya El-Nino itu sangat penting. Musim kering bisa atasi lewat (program) itu,” ungkap Anggota Komisi IV DPR RI Hermanto saat berbincang dengan Redaksi The Editor beberapa waktu lalu.
Menurut Hermanto, kawasan lahan pertanian yang menjadi kering akibat serangan badai El-Nino itu.
Ia berharap kementerian pertanian dapat memantau dengan cermat wilayah mana saja yang membutuhkan program tersebut.
“Sehingga berharap alokasi pompa air dan irigasi perpompaan ini betul-betul bisa atasi kesulitan dan kekeringan di area persawahan tertentu,” katanya.
Namun, ia berharap petani juga mengawasi pelaksanaan program ini di lapangan sehingga sasaran target kerjanya tercapai.
Pasalnya menurut Hermanto hingga saat ini pasokan bahan pangan terutama beras masih belum mencapai target yang diinginkan.
“Kalau kita lihat sejauh yang bisa kita cermat untuk produksi pertanian kurang terpenuhi untuk kebutuhan mayarakat,” ungkapnya.
Untuk itu, Hermanto berharap program pompanisasi ini dapat digunakan sebaik-baiknya agar jumlah produksi pertanian juga meningkat.
“Kita minta kementerian pertanian memacunya dengan pompanisasi ini angkatan produksi makin tinggi,” ungkapnya.
Pemerintah Diminta Mau Memperhatikan Kelanjutan Program Pompanisasi
Pemerintah diharapkan mau memperhatikan kelanjutan program pompanisasi agar target mengairi 1 juta sawah tadah hujan dapat terus berlanjut.
Sehingga target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia di tahun 2045 dapat terwujud.
“Activity membutuhkan continuity,” ujar Ahli Manajemen dan Pengembangan Air dari Universitas Gadjah Mada Professor Sahid Susanto saat berbincang dengan Redaksi The Editor beberapa waktu lalu.
Untuk itu, Professor Sahid meminta agar pemerintah menghitung secara detail nilai investasi yang akan digunakan dalam menjalankan program pompanisasi dan irigasi perpompaan ini secara detail.
Tujuannya agar beras dan bahan pangan yang akan dihasilkan dari program ini tetap terjangkau harganya oleh masyarakat.
“Mungkin (berhasil). Kenapa tidak? Tapi harus dihitung tapi angka investasinya sangat besar,” ungkapnya.
Professor Sahid mengapresiasi program pengairan 1 juta sawah tadah hujan yang tengah gencar dilakukan oleh Kementerian Pertanian, dalam hal ini Ditjen Prasarana dan Sarana.
Menurutnya, program ini cukup mengejutkan karena pemerintah mau menggunakan area-area sawah yang tidak umum dijadikan sebagai lahan pertanaman padi.
Tapi, Professor Sahid meminta agar kementerian pertanian menjaga keseimbangan alam dengan tidak mengambil air tanah terlalu berlebihan untuk mengairi sawah.