SIMALUNGUN – Renti Br Simarmata (48), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Sirpang Sigodang, Pematang Raya, Kabupaten Simalungun tampak serius menyelesaikan anyaman bambu berdiameter 30 cm di tangannya.
Kehadiran tim The Editor disekitarnya tak membuatnya bergeming sedikitpun. Tak kurang dari 10 menit satu unit keranjang bambu berukuran 50 kg selesai Ia buat.
“Disini (Simalungun) keranjang bambu tidak berwarna hijau seluruhnya karena seluruh bagian bambu dipakai. Biasanya di Tanah Karo, Sumatera Utara lebih banyak keranjang bambu yang hanya memakai bagian kulit luar bambu sementara bagian dalamnya tidak dipakai. Keranjang seperti itu terlalu mahal untuk dijual disini, petani disini tidak mau,” ujar Renti.
Keranjang bambu buatan Renti terbuat dari campuran kulit bambu bagian luar dan bagian dalam. Keduanya dianyam bergantian agar kokoh saat dipakai oleh petani.
Kata Renti, keranjang semacam itu biasanya dipakai petani dan buruh tani untuk mengangkat tomat dan sayuran hortikultura lainnya. Daya tahannya pun cukup lama, yakni satu bulan.
Renti juga jarang menyediakan keranjang bambu yang sepenuhnya dianyam dari kulit bambu bagian luar. Selain karena sulit mencari bahan bakunya, juga karena minim peminat karena terlalu mahal.
“Daya tahannya memang lama (keranjang yang sepenuhnya berbahan baku kulit luar bambu), bisa 6 bulan lebih tapi jarang ada yang beli karena mahal,” katanya.
Keranjang bambu buatan Renti dijual dengan harga Rp7.000 – Rp8.000 per biji untuk ukuran 50 kg. Sehari-harinya, Ia sanggup membuat hingga 20 biji keranjang bambu dengan ukuran yang sama.
Selain oleh pekerja dewasa, sehari-hari Renti juga dibantu oleh anak-anak yang tinggal di sekitar sanggarnya untuk membuat pondasi keranjang.
Satu pondasi keranjang yang berhasil dibuat dihargai Rp500 rupiah.
Ternyata, bagi anak-anak di desa ini membuat pondasi awal keranjang adalah hal yang sangat mudah karena bisa dikerjakan oleh anak Sekolah Dasar (SD).
“Saya bisa bikin begini sampai 20 biji per hari,” ujar Brema (11).
Brema yang ditemui tengah duduk asik menyusun anyaman bambu di halaman depan dengan lincah mengambil satu per satu helaian bambu yang sudah dibersihkan.
Dengan senyum khas anak-anak Ia mengaku melakukan pekerjaan ini usai pulang sekolah. Tak hanya Ia saja, beberapa anak juga ikut serta bekerja menganyam bambu karena bisa menghasilkan uang.
“Kalau 20 biji bisa dapat uang Rp10.000,” katanya sembari tertawa.