JAKARTA – Mewabahnya virus covid-19 di seluruh bagian dunia akan mendekati tahun ketiganya sebentar lagi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak orang yang menyangkal keberadaan virus tersebut.
Tidak tanggung-tanggung, beberapa dari mereka kadang membuat dan/atau menyebarkan berita bohong mengenai situasi ini.
Berita bohong itu dibuat semeyakinkan mungkin agar orang-orang lain percaya dan memiliki keyakinan yang sama dengan mereka.
Penyanyi folk asal Ceko Hana Horka salah satunya.
Ia mempercayai omongan sejumlah kelompok anti vaksin sehingga memutuskan untuk tidak divaksin.
Keluarga Horka telah membujuknya dengan segala cara, namun ia menjadi sangat emosional ketika membahas hal itu.
Lebih parahnya lagi, ia sengaja membiarkan dirinya positif covid-19 dan “sembuh” dengan sendirinya.
Dengan begitu, menurutnya, ia berhak mendapatkan kartu yang menyatakan kesembuhannya dari penyakit ini, dan dapat kembali mengunjungi tempat umum.
“Impian” horka tidak terwujud. Ia meninggal dua hari setelah menyatakan dirinya “sembuh” dari covid-19.
Berbagai tanggapan dari masyarakat muncul setelah berita ini mereka terima.
Salah satunya, Nana, yang beranggapan bahwa peristiwa ini adalah murni kesalahan Horka.
“Maksudnya terserah mau vaksin mau enggak, tapi nggak usah sampe segitunya ke publik pake segala mau pembuktian kalau vaksin nggak ngaruh dan dia bisa survive,” katanya.
Nana menegaskan bahwa virus covid-19 memang benar adanya dan bukan main-main semata.
Menurutnya juga, dengan mempercayai hoax atau berita palsu yang beredar, kerugian akan menimpa diri sendiri.
Situasi semacam ini nyatanya pernah dialami Indonesia pada masa-masa awal pandemi.
Tidak sedikit orang yang meragukan pandemi sehingga menolak untuk melakukan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Berita bohong dan informasi yang salah atau keliru juga tersebar setiap waktu.
Di sisi lain, banyak orang yang geram dengan semua tindakan tersebut. Terlebih mereka yang kehilangan orang-orang terdekat akibat virus ini.
Mereka kadang mengucapkan, “Belum merasakannya sendiri. Nanti kalau sudah tertular, baru percaya”.
Tanggapan serupa datang dari seseorang yang menolak disebutkan namanya. Ia setuju dengan hoax tentang situasi ini yang sangat berbahaya, terutama bagi orang tua.
“Ada yang bilang sih di jaman digital kayak sekarang tuh yang perlu diawasi penggunaan internetnya tuh orang tua, bukan remaja,” katanya.
“Karena orang tua gampang banget kepengaruh berita-berita ga jelas.”
Ia menyayangkan tindakan Horka yang justru merugikan dirinya sendiri serta orang-orang di sekitarnya.
Menurutnya, Horka seharusnya bisa memberikan pengaruh agar orang-orang melakukan vaksinasi, dan bukan malah sebaliknya.
“Ternyata masih banyak ya yang ga aware sama covid. Padahal kita udah dua tahun lebih loh bergelut sama covid.”
Anak laki-laki Hana Horka, Jek Rak, berharap agar peristiwa ibunya dapat menyadarkan masyarakat yang masih menyangkal keberadaan virus ini.