JAKARTA – Ibu saya lahir pada tahun 1932 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Jepang datang ke Hindia Belanda pada saat Perang Dunia II tahun 1942 otomatis Belanda harus meninggalkan Indonesia, Jepang datang dianggap sebagai berkah bagi banyak orang Indonesia,” ujar Herlina Br Surbakti, Dosen Universitas Sumatera Utara, Medan yang kini tengah menikmati masa-masa pensiunnya di Jakarta.
Kepada Redaksi The Editor, Herlina yang pernah mengecap pendidikan TESOL (Mengajar Bahasa Inggris untuk Penutur Bahasa Lain) di Brattleboro, Amerika Serikat ini mengatakan bahwa saat itu ibunya sudah berumur 42 tahun saat Jepang tiba di Indonesia.
Saat itu, lanjutnya, semua anak muda diharuskan untuk mengerti lagu-lagu kebangsaan Jepang, termasuk yang berjudul ‘Aikoku Koshinkyoku’. Saat itu lagu ini menjadi lagu kebangsaan yang harus dipelajari oleh tentara wanita pribumi bentukan Jepang yang bernama SINDO, yang sama seperti tentara Srikandi gerakannya di masa itu.
Kepada setiap perempuan yang tergabung dalam SINDO, pemerintah Jepang memberi penjelasan bahwa perjuangan mereka adalah untuk membela Indonesia dari tangan penjajah. Sayangnya sejarah membuktikan Jepang berbohong.
“Orang Jepang mulai melatih pria dan wanita muda sebagai tentara dan dapur umum diadakan di setiap desa. Otomatis seluruh pemuda dan pemudi Karo diberdayakan oleh tentara Jepang. Mereka mengusung slogan bahwa Jepang dan Indonesia bersaudara dan Jepang sebagai kakak beradik. Semua pemuda diajarkan untuk berbicara bahasa Jepang dan menghafal lagu-lagu perjuangan Jepang,” ungkapnya.

Dari penuturan Ibunya, Herlina juga mengetahui bila saat itu, gadis remaja diberdayakan oleh Jepang untuk bekerja di dapur umum. Ibunya yang baru berusia 9 tahun dan belum remaja tetapi sudah diharuskan membantu kakak-kakaknya.
Latihan keras pendudukan Jepang membuat orang Karo sangat patriotik. Ketika Jepang harus menyerah tanpa syarat, orang-orang yang telah dilatih oleh tentara Jepang berubah menjadi TKR dan menjadi TNI.
“Ibu saya, yang berusia sembilan hingga 12 tahun, telah dididik menjadi orang Jepang, dan dia sudah menyukai lagu-lagu Jepang. Karena ibu saya masih belum cukup umur, dia tidak pernah ikut perjuangan dengan TKR atau TNI,” katanya.
Herlina adalah generasi yang lahir dari seorang Ibu yang dididik pada masa Pendudukan Jepang. Ibunya bernama Terdun Br Ginting dan Ayahnya adalah Patut Surbakti juga berjuang bersama TNI yang turut menembaki Jeep KTN (Komisi Tiga Negara) yang sedang melaju ke Berastagi pada masa Agresi Militer Belanda II.
Setelah itu, ayah dan batalionnya menyerah karena merasa bersalah telah menembaki Jeep U.N dan mereka diberhentikan dengan hormat. Kata Herlina, pasukan tersebut tidak menyadari bahwa penembakan itu kemudian adalah tindakan mereka membantu untuk mendapatkan kedaulatan Indonesia sebagai suatu Bangsa.
“Orang tua Ayah saya berasal dari Rumah Berastagi. Setelah penduduk desa kembali dari pengungsian, ayah saya pindah ke desa Doulu tinggal bersama kakak perempuannya dan bertemu Ibu saya,” ungkapnya.
Dilarang Orang Jepang Menyanyikan Lagu Mars Perjuangan

Ketika Saya melakukan magang mengajar, lanjutnya, Saya dan teman sekelas saya bernama Yoshiko Kondo dikirim ke UTICA, UPSTE New York.
Di musim dingin yang sangat dingin, seringkali harus tinggal di rumah karena sekolah diliburkan. Salju setinggi 2 meter bahkan lebih menghalangi langkah mereka.
“Salju memblokir pintu-pintu rumah. Jadi Yoshiko dan saya berbagi banyak pengalaman hidup. Yoshiko 10 tahun lebih tua dariku,” katanya.
Suatu hari ketika giliran Saya untuk berbagi, masih kata Herlina, Saya berkata bahwa Saya tahu lagu-lagu Jepang dan saya menyanyikannya.
“Yoshiko sangat terkejut. ‘Dari mana kamu belajar lagu itu, Herlina, kata Yoshiko. Dari Ibuku,” jawabnya.
Wajah Yoshiko yang kaget membuat Herlina juga kaget. Dan ternyata di masa itu warga Jepang dilarang menyanyikan berbagai lagu yang berkaitan dengan mars perjuangan Jepang karena kalah dalam perang.
“Kenapa kaget, kataku. ‘Di Jepang kami dilarang menyanyikan lagu itu,” kata Yoshiko. Mengapa? Saya bilang”.
“Katanya karena kami kalah perang katanya”.