JERMAN – Jerman telah menetapkan rencana untuk melegalkan ganja. Penetapan yang terlaksana pada Rabu (26/10) itu dideskripsikan oleh pemerintah Kanselir Olaf Scholz sebagai sebuah langkah yang akan menjadikan Jerman salah satu negara pertama di Eropa yang melakukannya.
Menteri Kesehatan Karl Lauterbach mempresentasikan makalah landasan tentang undang-undang yang direncanakan bertujuan untuk mengatur distribusi dan konsumsi ganja terkontrol untuk tujuan rekreasi di kalangan orang dewasa.
Disebutkan juga bahwa nantinya memperoleh dan memiliki 20 hingga 30 gram ganja rekreasi untuk konsumsi pribadi akan dilegalkan.
Pada tahun lalu, pemerintah koalisi mencapai kesepakatan untuk memperkenalkan undang-undang selama masa jabatan empat tahunnya yang ditujukan untuk memungkinkan distribusi ganja yang terkontrol di toko-toko resmi.
Lauterbach tidak memberikan batas waktu untuk rencana tersebut.
Banyak negara di kawasan ini telah melegalkan ganja untuk tujuan pengobatan terbatas, termasuk Jerman sejak tahun 2017. Yang lain telah mendekriminalisasi penggunaan umum ganja, namun tidak membuatnya legal.
Menurut makalah itu, budidaya ganja untuk sektor swasta akan diizinkan sampai batas tertentu.
Investigasi yang sedang berlangsung dan proses pidana yang terkait dengan kasus-kasus ganja yang tidak lagi ilegal juga akan dihentikan.
Pemerintah Jerman juga akan memperkenalkan pajak konsumsi khusus, mengembangkan pendidikan terkait ganja, dan program pencegahan penyalahgunaan.
Dilansir dari Reuters, sebuah survey yang ditemukan pada tahun lalu menyebutkan bahwa Jerman akan mendapatkan pendapatan pajak tahunan dan penghematan biaya sekitar 4,7 miliar euro (sekitar Rp72,7 triliun) dengan melegalkan ganja.
Selain itu, langkah ini juga dapat menciptakan sebanyak 27.000 lapangan pekerjaan baru.
Lauterbach mengatakan bahwa sekitar 4 juta orang di Jerman mengonsumsi ganja pada tahun lalu, 25% di antaranya berusia antara 18 dan 24 tahun.
Dengan menerapkan legalisasi, lanjutnya, pasar gelap ganja akan dapat ditekan.
Menteri itu juga mengatakan bahwa Jerman akan mempresentasikan makalah tersebut kepada Komisi Eropa untuk dilakukan pra-penilaian.
Mereka hanya akan menyusun undang-undang setelah Komisi menyetujui rencana tersebut.
“Jika Komisi UE menolak pendekatan Jerman saat ini, pemerintah kita harus mencari solusi alternatif. Tidak hanya mengatakan: Yah, kami mencoba yang terbaik,” kata Niklas Kouparanis, kepala eksekutif Bloomwell Group, salah satu perusahaan ganja terbesar di Jerman.
Kouparanis juga mengatakan bahwa impor ganja harus diizinkan karena penanaman dalam negeri tidak akan dapat memenuhi permintaan dalam jangka pendek.
Keputusan tersebut telah menimbulkan berbagai reaksi di seluruh ekonomi terbesar Eropa.
Asosiasi apoteker Jerman memperingatkan tentang risiko kesehatan dari pelegalan ganja dan mengatakan hal itu akan menempatkan apotek dalam konflik medis.
Kepada surat kabar Rheinische Post, Thomas Preis selaku kepala Asosiasi Apoteker Rhine Utara mengatakan bahwa apoteker adalah profesional perawatan kesehatan, jadi “kemungkinan situasi persaingan dengan penyedia murni komersial dipandang sangat kritis”.
Rencana legalisasi ini juga belum disambut oleh semua negara bagian. Menteri Kesehatan Bavaria, misalnya, mengingatkan agar Jerman tidak menjadi tujuan wisata narkoba di Eropa.
Akan tetapi, Partai Hijau Jerman mengatakan bahwa melarang ganja selama puluhan tahun hanya memperburuk risikonya.
“Karena kondisi yang terlalu ketat untuk pasar legal hanya mempromosikan pasar gelap untuk ganja yang sangat kuat,” kata anggota parlemen Kirsten Kappert-Gonther, Rabu.
Lars Mueller, kepala eksekutif perusahaan ganja Jerman SynBiotic, mengatakan bahwa langkah pada Rabu itu “hampir seperti memenangkan lotre” untuk perusahaannya.
“Ketika saatnya tiba, kami akan dapat menawarkan model seperti waralaba untuk toko ganja selain toko kami sendiri,” kata Mueller.
Sumber: Reuters