SURABAYA – Jawa Timur merupakan basis pabrik gula dan basis petani tebu. Luas perkebunan tebu di daerah ini mencapai kurang lebih hampir mencapai 50 persen luas perkebunan tebu nasional.
Dengan alasan itu, Arum Sabil, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI) menilai bila kawasan Jawa Timur chock menjadi tempat pelaksanaan Musyawarah Nasional dan pengukuhan Pengurus APTRI tahun 2022-2027.
Pengukuhan tersebut dilakukan pada Sabtu (19/3) oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
“Jatim barometer dan kunci kebangkitan gula nasional. Ke depan kami juga berharap agar swasembada gula di Indonesia ini benar-benar bisa terwujud,” kata Arum Sabil dałam keterangan yang diterima oleh Redaksi The Editor pada Kamis (24/3).
Adapun susunan pengurus yang berhasil dicetuskan dalam pertemuan ini diantaranya Ketua Dewan Pembina H. Arum Sabil, dan Ketua Dewan Kehormatan H. Abdul Wachid.
Selain itu juga ada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat H. Fatchuddin Rosyidi, Sekretaris Umum H. Sunardi Edi Sukamto, serta Bendahara Umum I Made Windu.
Kepada para pengurus yang dilantik, Gubernur Khofifah berpesan untuk memanfaatkan transformasi digital dalam proses produksi tanam, panen sampai ke pabrik gula penggilingan tebu.
Karena dengan adanya sistem digital, kata dia, maka para petani dapat meningkatkan kualitas bibit tebu untuk ditanam, musim panen, hingga ke pabrik gula saat antrean penggilingan agar lebih produktif dan efisien.
“Jadi digitalisasi sistem ini memuat data apa saja yang bisa memberikan informasi kepada kita terkait produksi tebu ini. Kalau ini terkoneksi antara satu petani tebu dengan yang lain, maka akan memudahkan pemetaan dan pengaturan mulai dari mencari bibit yang baik, kapan saat panen agar antrean saat penggilingan tidak terlalu lama, serta kadar rendemen gula yang transparan,” kata orang nomor satu di Jatim ini.
Selain memanfaatkan teknologi digital, Khofifah juga meminta APTRI melakukan koordinasi dan sinergi dengan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN), serta dengan pabrik gula yang ada.
Hal ini dibuat agar dapat menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dan menguatkan. Utamanya, dalam penyediaan bahan baku tebu untuk pabrik gula.
“Jadi pabrik gula ini juga sebagai industri pengolah hasil perkebunan. Komunikasi dan koordinasi baik dengan Pabrik Gula maupun PTPN ini harus terjalin dengan baik. Sehingga segala masalah yang ada bisa dicarikan solusi dan komunikasi terbaik,” ujarnya.
Menurut Khofifah, yang tidak kalah pentingnya adalah para petani tebu juga harus melakukan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian untuk menghasilkan bibit tebu yang berkualitas terutama kadar rendemen.
Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen.
“Jadi bila bibitnya baik, berkualitas baik, bongkar ratoonnya terukur, maka tingkat rendemennya juga akan baik. Jadi ini harus dikoordinasikan dengan instansi terkait terutama soal bibit tebu,” terangnya.
Lebih lanjut disampaikan Mantan Mensos RI itu, sekitar 95% petani tebu di Jatim adalah petani rakyat.

Artinya bahwa para petani tebu rakyat tersebut bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan.
Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi baik dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula maupun PTPN ini harus terkonsolidasi dengan baik.
“Sinergi ini tentunya untuk memberikan proteksi terhadap petani tebu. Misalnya jika petani tebu sedang panen ya jangan digiling bersamaan dengan raw sugar yang diimpor. Ini harus dimanage dengan baik untuk memproteksi para petani tebu yang sebagian besar adalah petani rakyat,” ujar Khofifah.
Sebagai informasi, pada tahun 2021, produksi tebu di Jawa Timur mencapai 14.767.763 ton dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton.
Jumlah produksi gula mencapai 46,25% dari keseluruhan produksi gula nasional. Hingga saat ini, Provinsi Jawa Timur menjadi Provinsi penghasil gula tertinggi di Indonesia.
Turut hadir Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Ardi Praptono, Direktur Produksi PTPN 3 Holding Mahmudi, dan Direktur Utama Sinergi Gula Indonesia Aris Toharisman.
Kemudian juga adir Direktur PTPN X Tuhu Bangun, Direktur PTPN XI Tulus Pandu Wijaya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Jatim Hadi Sulistyo, serta Kepala Dinas Perkebunan Prov. Jatim Heru Suseno.