YOGYAKARTA – Menteri Sosial Tri Rismaharini kembali beraksi. Dalam sebuah tayangan video yang viral beberapa waktu lalu, terlihat Risma tengah mengais batu dan pasir untuk menutupi lubang jalan dengan tangannya.
Dari informasi yang beredar di media massa, diketahui bila Risma berhenti di beberapa titik jalan rusak dalam perjalanannya meninjau masyarakat terdampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada Minggu (5/12).
Saat berhenti, Risma ikut memindahkan pasir dan batu dengan tangannya meski hujan deras tengah mengguyur area Lumajang. Risma juga tampak dipayungi oleh seorang pria berbaju hitam yang diketahui sebagai ajudannya.
“Dalam konteks pemimpin politik memang penting turun ke bawah,” ujar Akademisi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Nanang Indra Kurniawan saat berbincang dengan Redaksi The Editor beberapa waktu lalu.
“Apa yang dilakukan Risma itu menarik sebenarnya. Di Twitter ada yang mengatakan bahwa yang dilakukan oleh Risma aneh, tapi yang lain mengatakan dia adalah sebagai menteri yang memberikan keteladanan,” ungkapnya lagi.

Meski demikian, dalam perjalanan karirnya sebagai menteri, Nanang mengingatkan agar Risma mulai fokus pada pembenahan struktur organisasi di lingkungan internal kementerian sosial.
“Micromanaging itu tidak baik juga karena memotong jalur di bawah karena tidak memberdayakan rantai birokrasi.
Memberdayakan rantai birokrasi menurut Nanang perlu dilakukan oleh Risma agar visi jangka panjangnya sebagai menteri sosial dapat dirumuskan. Dan Risma juga diminta untuk belajar agar mau mendelegasikan kepercayaan kepada level manager.
“Dia harus memberikan kepercayaan ke level manager. Biarkan pekerjaan itu didelegasikan ke manajer menengah. Dia (Risma) merumuskan tentang visi jangka panjang,” ungkap Nanang.
Perlu diketahui, saat Risma tengah mengais batu dan pasir untuk menutupi lubang jalan dengan tangannya di Lumajang, tidak satu pun masyarakat yang menonton kejadian tersebut ikut serta membantu Risma. Padahal ajudan yang mendampingi Risma serta orang yang mendokumentasikan aksinya cukup menarik perhatian masyarakat.
“Apa yang dilakukan oleh Ibu Risma ini kontroversial, pada satu sisi kalau tidak dilakukan seperti Ibu Risma siapa, tapi kalau di tempat lain seorang leader juga harus mengedepankan ke aspek penerimaan dan kepantasan,” ungkapnya.
Risma, lanjutnya, juga harus menyadari bila kultur birokrasi orang Jakarta berbeda dengan orang Surabaya. Menurutnya sudah seharusnya Risma menganggap perbaikan internal birokrasi di kementerian sosial menjadi sebuah tantangan yang harus Ia selesaikan.
“Dulu Bu Risma bekerja di skala kecil dan sekarang nasional, sekarang di lingkup nasional. Dulu dia pemimpin politik sekarang pembantu presiden. Dua corak itu harus dipikirkan oleh Bu Risma,” katanya.
Ia juga yakin Risma akan menjadi pemimpin yang bijaksana bila berani melakukan adaptasi terhadap pola kepemimpinannya. Karena Ia sudah seharusnya memilah cara apa saja yang perlu dibawa dari Surabaya saat menjabat sebagai walikota ke Jakarta dimana Ia kini ditetapkan sebagai seorang menteri.