JEPANG – Sebagian warga Jepang, terutama warga seniornya, dapat dikatakan memiliki pandangan buruk terhadap tato.
Lukisan pada tubuh itu mengingatkan mereka pada Yakuza, yaitu kelompok mafia terorganisir yang sudah ada di negara tersebut sejak ratusan tahun lalu.
Hal ini pun berimbas pada sektor pariwisatanya, terutama tempat-tempat yang membuat pengunjungnya memperlihatkan kulit tubuh mereka seperti onsen (pemandian air panas), pantai, bahkan gym.
Disebutkan bahwa beberapa onsen tidak segan-segan untuk meminta pengunjung yang bertato untuk keluar tanpa mendapatkan uang mereka kembali.
Hal ini dilakukan agar pengunjung lainnya merasa nyaman dan tidak khawatir dengan kemungkinan adanya anggota Yakuza di sekitar mereka.
Padahal, keberadaan tato di tubuh seseorang tidak langsung menunjukkan bahwa ia adalah bagian dari kelompok tersebut.
Terlebih jika orang tersebut berasal dari komunitas budaya lain yang justru menempatkan tato sebagai identitasnya sendiri.
Seperti yang pernah terjadi pada tahun 2013 lalu.
Saat itu, seorang wisatawan wanita yang berasal dari Suku Maori (Selandia Baru) dilaporkan dilarang berenang di suatu tempat pemandian umum karena memiliki tato di wajahnya.
Beruntungnya, aturan tersebut semakin dilonggarkan seiring berjalannya waktu.
Badan Pariwisata Jepang bahkan kerap mengimbau pengelola onsen untuk menerima turis bertato agar mereka tak sungkan untuk datang kembali ke negara itu.
Pada tahun 2018, sebuah situs yang memberikan informasi mengenai “kebebasan bertato” di Jepang dirilis. Situs itu adalah Tattoo Friendly.
Situs yang dibuat oleh perusahaan Jepang itu juga menyediakan informasi berbahasa Inggris agar wisatawan internasional dapat memastikan apakah objek wisata yang akan ditujunya memperbolehkan pengunjung bertato atau tidak.
Dengan dirilisnya situs tersebut, diharapkan tidak ada lagi laporan adu otot antara wisatawan dan pelaku usaha wisata karena penampakan tato.
Tidak hanya itu, beberapa wisatawan yang pernah berwisata ke Jepang dengan kondisi bertato juga menyuarakan pengalamannya.
Mereka bercerita dengan meninggalkan komentar di salah satu unggahan akun Instagram @explorejapanofficial yang tengah membahas aturan tersebut.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa aturan tersebut sama sekali tidak diterapkan saat mereka berkunjung.
Sebagian yang lain mengingatkan agar bertanya atau mencari informasi terlebih dahulu sebelum tiba di suatu tempat wisata di Jepang.
“Kebanyakan tergantung pada jenis tato yang Anda punya. Jika Anda punya sebuah tato yang sama sekali tidak mirip dengan Gaya Yakuza maka Anda sangat mungkin akan baik-baik saja. Itu yang diberitahu kepada saya dan teman saya di Ryokan dan Onsen 🙂,” tulis @denise_divine.
“Ini menyesatkan, yang harus Anda lakukan adalah mencari informasi sebelum Anda pergi dan mengecek tempat-tempat ramah tato, atau tanya ketika akan masuk.,” tulis @weird_science.
“Saya pergi kemanapun [di Jepang] dan tidak pernah tersandung masalah,” tulis @troublemouselady.