SOMALIA – Berdasarkan laporan terbaru Save the Children, Somalia sekarang tengah menghadapi krisis kekeringan terburuk dalam satu dekade terakhir. Jutaan orang kelaparan dan banyak dari mereka yang terpaksa meninggalkan rumah hanya untuk mencari makanan dan air.
Badan amal internasional itu telah mensurvei lebih dari 12.000 orang di 15 dari 18 wilayah Somalia dan menyimpulkan bahwa mayoritas keluarga menjalani hari-hari mereka tanpa makan secara teratur.
Lebih dari sepertiga rumah tangga termasuk setidaknya satu orang tidak makan selama 24 jam.
6 dari 10 orang melaporkan setidaknya satu orang dalam keluarga mereka telah kehilangan sumber pendapatan, sebagian besar karena kematian ternak.
Sementara itu, hampir 700.000 unta, kambing, domba, dan sapi mati karena kekeringan yang telah berjalan selama dua bulan ini, menurut penilaian yang dilakukan pada November 2021.
“Penyebab utamanya adalah perubahan iklim,” kata Mohamud Mohamed, direktur Save the Children di Somalia, dalam sebuah pernyataan.
“Somalia selalu mengalami kekeringan, dan orang Somalia selalu tahu bagaimana menghadapinya–mereka berjuang, mereka kehilangan ternak, mereka menghitung kerugian mereka, dan kemudian mereka bangkit kembali,” jelasnya.
Akan tetapi, jarak waktu antara kekeringan yang satu dengan kekeringan selanjutnya semakin menyusut.
Mohamed mengatakan bahwa ini adalah “siklus pembunuh dan merampok masa depan anak-anak Somalia.”
“Lebih kering dari sebelumnya”
Somalia yang dilanda konflik menempati peringkat di antara negara-negara paling rentan di dunia terhadap perubahan iklim.
Negara ini telah mengalami tiga kali krisis kekeringan parah dalam satu dekade terakhir, dimulai pada 2011, 2016 dan 2021.
Pada tahun 2011, PBB mendeklarasikan kelaparan di Somalia, dengan 3,7 juta orang mengalami tingkat krisis kerawanan pangan karena mereka tidak memiliki cukup makanan.
Tahun ini, proyeksi ketahanan pangan terbaru menunjukkan bahwa 4,6 juta warga Somalia akan menghadapi krisis kerawanan pangan tingkat darurat dari Februari hingga Mei.
Omar, seorang penduduk di distrik Beledweyne di Somalia selatan, mengatakan bahwa anak-anak hanya diberi makan satu kali sehari.
“Kami mampu bertahan hari demi hari selama kekeringan sebelumnya, tetapi yang ini lebih kering dari sebelumnya, dengan air yang semakin sulit ditemukan,” katanya.
“Orang-orang mungkin mati dalam kekeringan ini jika kita tidak dapat menemukan bantuan,” lanjutnya.
Akhir tahun lalu, PBB memperingatkan bahwa situasi yang mengerikan telah memaksa sekitar 100.000 orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan, air, dan padang rumput untuk ternak mereka.
Save the Children mendesak pemerintah Somalia untuk memprioritaskan respon kemanusiaan serta memastikan krisis politik saat ini tidak menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan kepada anak-anak yang terkena dampak dan keluarga mereka.
Sumber: Al Jazeera