THAILAND – Ketika berkunjung ke suatu tempat, seseorang selalu diharapkan untuk mengetahui sedikit aturan, etika, atau norma tempat tersebut sebelum melangkah lebih jauh di sana. Hal ini juga berlaku pada kegiatan wisata.
Sebagai salah satu tujuan wisata dunia, Thailand menerima begitu banyak wisatawan internasional setiap saatnya. Dari fakta tersebut, bukanlah suatu hal yang mengherankan jika sebagian di antaranya tidak tahu menahu soal aturan, etika, maupun norma yang berlaku di sana.
Dilansir dari Escape, berikut adalah 20 di aturan, etika, atau norma yang sebaiknya diketahui sebelum mengunjungi Thailand–salah satunya berhubungan dengan hukuman penjara.
Gunakan sendok
Jika ingin makan seperti orang lokal, gunakan sendok. Ggunakan garpu untuk menggiring makanan ke sendok–garpu tidak pernah masuk ke dalam mulut. Sumpit hanya digunakan untuk hidangan mi.
Kepala dianggap suci
Sama seperti sebagian masyarakat Indonesia, orang Thailand juga menganggap kepala sebagai bagian tubuh yang paling suci (dan paling bersih). Oleh sebab itu, menyentuh kepala atau rambut orang asing akan dianggap sebagai bentuk penghinaan.
Kaki adalah “kebalikan” dari kepala
Tidak hanya tentang posisinya yang saling berjauhan, kaki juga dianggap tidak suci dan menyinggung. Oleh sebab itu, selama di Thailand, jangan mengarahkan kaki telanjang langsung ke seseorang, meletakkannya di atas meja, atau menyentuh siapapun dengan kaki.
Sandal jepit adalah teman terbaik
Di Thailand, sendal jepit tidak hanya sempurna untuk bersantai di pantai, mereka juga akan berguna saat mengunjungi kuil dan rumah penduduk setempat.
Seperti di banyak budaya Asia, melepas sepatu sebelum memasuki bangunan adalah hal yang wajib dilakukan di Thailand. Dengan sendal jepit, pekerjaan ini dapat dilakukan dalam sekejap.
Menyeberang jalan bisa sangat membahayakan
Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa Thailand memiliki tingkat kematian lalu lintas tertinggi kedua di dunia akibat sebagian besar aturan jalannya yang diabaikan.
Jadi, pastikan untuk melihat ke kiri, kanan, lalu ulangi beberapa kali sebelum melangkah dari trotoar.
Grand Palace selalu buka
Grand Palace hampir tidak pernah tutup. Tipuan yang mengatakan bahwa istana agung ini tutup sering berseliweran dan menjerat wisatawan agar mau diajak berkeliling ke tempat lain dan berakhir menagihnya dengan biaya transportasi yang besar.
Hanya turis yang naik tuk-tuk
Mengingat bahwa tuk-tuk adalah salah satu simbol paling abadi di Thailand, dapat dimengerti bahwa mereka telah menjadi tujuan wisatawan. Karena itu, sebagian besar tuk-tuk hanya untuk turis dan sangat jarang penduduk setempat yang menggunakannya.
Tawar-menawar adalah hal yang wajar
Baik itu tuk-tuk, perahu, atau di pasar, kegiatan tawar menawar lazim terjadi di Thailand. Tidak hanya itu, negosiasi bolak-balik seperti pingpong adalah “bentuk seni yang nyata”.
Salam ‘wai’
Orang Thailand saling menyapa dengan gerakan seperti doa dan membungkuk yang disebut wai. Meskipun bukan keharusan, orang asing yang melakukan salam ini biasanya akan mendapat kesan positif dari penduduk setempat.
Tidak menghormati Buddha bisa dipenjara
94 persen dari populasi Thailand beragama Buddha, dan setiap penghinaan terhadap Buddha dapat dihukum hingga tujuh tahun penjara.
Hindari membuat tato Buddha dan jangan membawa patung Buddha ke luar negeri.
Jangan mencela kerajaan
Tidak hanya tidak sopan untuk menghina raja atau keluarga kerajaan Thailand, hal itu juga ilegal. Berkat undang-undang “lese majeste”, siapa pun yang secara terbuka tidak menghormati monarki dapat berakhir dengan hukuman penjara yang panjang.
Destinasi terkenal sering mengecewakan
Seperti banyak tujuan wisata yang overhyped, ketika dilihat secara langsung, kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan fantasi.
Jika wisatawan memimpikan pulau surga yang hampir tidak berpenduduk, maka Phuket, Koh Samui, dan bahkan Koh Phi Phi mungkin akan mengecewakan.
Phuket lebih dari sekadar pantai dan bar
Phuket secara mengejutkan adalah ibukota gourmet resmi yang dianugerahkan status Kota Gastronomi oleh UNESCO. Status ini diraih atas perpaduan literal masakan Cina, Melayu, India, dan Thailand.
Mengunjungi area lampu merah memang merepotkan
Mendatangi kawasan lampu merah di kota manapun di Thailand berarti siap menghadapi para calo yang agresif, pertunjukan “eksotis” dengan label harga yang lumayan, serta minuman yang terlalu mahal.
Selain itu, jangan terlalu berharap akan datangnya undangan berfoto gratis dengan seorang ladyboy.
Wisatawan mungkin mendapatkan “lebih dari” sekadar pijat
Pijat dan Thailand berjalan beriringan, namun sisi kumuh dari beberapa “panti pijat” seringkali tidak terhindarkan.
Untuk menghindari skenario ‘happy ending’ yang canggung, wisatawan harus teliti saat mencari tahu informasi mengenai tempat yang akan dituju.
Ada ratusan pulau surga
Thailand tidak selalu tentang tempat wisatanya yang penuh sesak oleh turis. Masih banyak pulaunya yang sepi dan menawarkan ketenangan sekaligus keindahan yang tiada duanya.
Di luar garis pantai Phuket saja ada sekitar 200 pulau yang siap menanti datangnya para wisatawan.
Mengendarai gajah itu tidak keren
Berwisata dengan menunggang gajah pernah menjadi wajah dunia wisata Thailand untuk waktu yang cukup lama. Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan ini mulai dihapuskan.
Untuk dapat bertemu dengan raksasa lembut ini, wisatawan dapat berbelok ke berbagai cagar alam yang telah dibangun oleh pemerintah setempat.
Ember adalah “pekerjaan iblis”
Ketika menghadiri pesta bulan purnama–biasanya diadakan setiap bulan dan dihadiri oleh puluhan ribu backpacker muda–lebih baik jauhi ember yang mereka jajakan.
Hanya dengan mengeluarkan uang sebesar $8 (sekitar Rp116 ribu), wisatawan akan mendapatkan ember plastik yang diisi dengan es, beberapa kaleng “Red Bull” versi Thailand, dan sebotol wiski atau vodka lokal.
Setelah menghabiskan seluruh isinya, maka besar kemungkinan mereka akan “bijaksana”.
Tahun baru Thailand jatuh pada bulan April
Untuk menyaksikan pesta dalam skala nasional, kunjungi Thailand pada saat perayaan tahun barunya yang jatuh pada bulan April.
Disebut Songkran, momen ini adalah hari libur nasional terpanjang di negara itu dan diramaikan dengan pertarungan air terbesar di dunia.
Perlu diketahui bahwa wisatawan adalah target yang populer. Oleh sebab itu, jangan kaget ketika mendapat “serangan” dan tidak bisa lari dari basah kuyup.
Senyum membantu dalam setiap situasi
Tersenyum di Thailand adalah landasan etiket dan sangat penting untuk selalu membalas senyuman. Ini juga dapat membantu meredakan ketegangan.
Jadi, jika seorang wisatawan salah melangkah atau secara tidak sengaja membuat seseorang tersinggung, ia dapat tersenyum lebar terlebih dahulu sebelum meluruskan masalahnya.
Sumber: Escape