IRAN – Sekolah dan universitas di seluruh Iran dibuka kembali sepenuhnya untuk pertama kali sejak status pandemi akibat virus covid-19 diberlakukan lebih dari dua tahun yang lalu.
Hari Minggu, 3 April 2022, yang bertepatan dengan awal bulan suci Ramadhan di Iran, adalah hari pertama semua siswa dan guru diwajibkan untuk menghadiri kelas secara langsung.
Rencana pembukaan sekolah dan universitas ini sebetulnya telah “terlihat” sebelumnya, saat puncak covid-19 mereda.
Akan tetapi, tidak ada institusi pendidikan tersebut yang benar-benar membuka lembaga mereka secara penuh dan konsisten untuk kegiatan belajar mengajar secara langsung.
Suasana ruang kelas yang terisi penuh pada hari Minggu pun disiarkan oleh saluran televisi pemerintah.
Dalam siaran tersebut, para siswa terlihat masih mengenakan masker dan duduk di ruang kelas dengan jendela terbuka.
Moda transportasi metro dan bus bahkan digratiskan pada hari itu hingga pukul 9 pagi dalam rangka mendorong siswa dan staf pengajar menggunakan transportasi umum.
Adapun prasyarat yang ditetapkan bagi siswa dan guru yang akan menghadiri kelas adalah status telah divaksinasi secara lengkap.
Selain itu, protokol kesehatan setempat juga harus dipatuhi, yaitu kewajiban mengenakan masker, menggunakan ruangan yang telah didesinfeksi, dan menghadirkan tim untuk memantau perkembangan di sekolah.
Protokol kesehatan tidak mencakup adanya peningkatan jarak fisik di dalam kelas.
Sementara itu, terdapat tiga kondisi siswa yang dikecualikan untuk hadir di dalam kelas, yaitu mereka yang menderita penyakit bawaan, mereka yang terinfeksi virus covid-19, dan mereka yang menunjukkan gejala terinfeksi virus tersebut.
Sejak awal pandemi, televisi pemerintah Iran terus menayangkan berbagai program pendidikan agar sektor yang satu itu tidak terputus.
Kementerian Pendidikan juga meluncurkan aplikasi untuk menyelenggarakan kelas online. Akan tetapi, ribuan siswa, terutama mereka yang berada di daerah kurang mampu, tidak dapat melanjutkan pendidikan karena kurangnya akses ke perangkat komputer dan koneksi internet yang stabil.
Berangkat dari efek pada keterampilan sosial hingga pembelajaran terbatas, pihak berwenang di kementerian telah berulang kali memperingatkan bahaya pendidikan jarak jauh bagi siswa.
Sayangnya, enam gelombang virus covid-19 dan lebih dari 140.000 kematian–korban tertinggi di Timur Tengah–telah mencegah pembukaan sekolah secara penuh bahkan ketika sebagian besar kegiatan publik lainnya telah lama dinormalisasi.
Pejabat kesehatan Iran telah memperingatkan bahwa gelombang ketujuh pandemi mungkin melanda negara itu dalam beberapa minggu setelah liburan Nowruz yang berakhir pada hari Sabtu (2/4) kemarin.
Selama liburan panjang yang berlangsung selama dua minggu untuk merayakan tahun baru Iran, diperkirakan ada puluhan juta orang yang bepergian ke seluruh negeri.
Kebanyakan dari mereka berkumpul di ruang tertutup dalam kunjungan ke keluarga dan kerabat.
Gelombang keenam pandemi, yang didefinisikan sebagai varian omicron, telah diatasi dalam beberapa pekan terakhir di tengah upaya vaksinasi nasional yang meluas. Meskipun begitu, negara ini masih melihat sekitar 50 kematian dan 3.000 kasus baru per hari.
The Iran, surat kabar resmi pemerintah Iran, melaporkan pada hari Minggu bahwa orang tua memiliki hak untuk mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi seharusnya menunggu untuk melihat apakah infeksi kembali meningkat secara signifikan setelah liburan Nowruz.
“Jika anak-anak kembali ke sekolah dan harus kembali ke pendidikan online lagi karena virus corona, dunia mereka akan menghadapi ketidakstabilan yang lebih besar lagi,” tulisnya, memperingatkan bahwa jika kasus meningkat lagi, pihak sekolah tidak boleh disalahkan.
Sumber: Al Jazeera