JAKARTA – Di tengah kehebohan masyarakat yang siap tidak siap menghadapi naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu, Perpustakaan Nasional justru mengajak netizen bernostalgia ke masa lalu.
Tepatnya ke tahun 1980-an, ketika salah satu merek sepeda motor mengiklankan dirinya sebagai yang mampu diajak berpetualang sejauh 100 kilometer hanya dengan bermodalkan bensin satu liter.
Melalui akun Facebooknya, Perpustakaan Nasional pada hari Selasa (30/8) pekan lalu mengungkap bahwa kendaraan roda dua itu tidak lain adalah Honda Super Cub (C700).
“Salah satu produk keluaran Honda di tahun 1981 adalah Super Cub 700 (C700) yang dijuluki sebagai Si Jelita,” demikian bunyi caption unggahan tersebut.
“Asupan bensin 1 liter dari C700 ini di klaim dapat menjangkau 100 kilometer. Seperti yang terlihat dapat iklanpada pada potret berikut ini,” lanjut caption tersebut.
Memang, pada poster iklan yang dicantumkan, perusahaan mengisyaratkan bahwa Si Jelita dapat menempuh jarak sedemikian jauh hanya dengan seliter bensin.

Tidak hanya itu, tiga poin utama lainnya dari produk, yang agaknya menjadi dambaan pada masa sekarang ini, adalah hemat, lincah, dan anggun.
Dilansir dari CNN Indonesia, klaim dari iklan-iklan serupa pada masa itu menyebutkan bahwa Si Jelita bahkan dapat menempuh jarak 115 kilometer dengan stok bensin yang sama.
Akan tetapi, ditekankan bahwa hal ini mungkin terjadi dengan catatan motor berjalan dengan kecepatan konstan 30 km/jam.
Melihat dari sejarahnya, C700 adalah anggota keluarga series C Honda. Varian ini lahir setelah beberapa generasi dari C100 pertama kali diciptakan pada tahun 1958.
Series ini juga yang digadang-gadang sebagai pelopor motor bebek, tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
Salah satu pendahulu C700 yang terkenal adalah C70. Varian ini bahkan memiliki julukan “Pitung”, yang merupakan singkatan dari pitung puluh–yang dalam bahasa Jawa diartikan sebagai “tujuh puluh”, merujuk pada angka yang tersemat di namanya.
Adapun angka-angka yang tersemat di setiap nama varian yang diproduksi sejatinya adalah tanda kubikasi mesin.
Dilansir dari Kumparan, hadirnya series ini sebenarnya dimaksudkan agar produk dapat digunakan dengan mudah oleh semua orang.
Soichiro Honda, salah satu pendiri perusahaan, saat itu memiliki ide untuk “membuat sesuatu yang bisa digenggam dengan tangan”.
Maka dipilihlah desain yang lebih ramping dari kebanyakan motor pada zaman itu, yang dinilai cocok untuk menghadapi jalanan Jepang yang masih sangat buruk.
“Ini harus menjadi sepeda yang bisa dikendarai semua orang, dan terutama bisa membuat wanita nyaman mengendarainya,” tambah Takeo Fujisawa yang juga merupakan pendiri Honda.