MALUKU – Terletak di ketinggian 30 meter di atas permukaan laut, Benteng Belgica terlihat begitu gagah meskipun keseluruhan dindingnya usang dimakan zaman. Ia terlihat menyendiri dan kesepian dengan begitu banyak memori yang disimpannya diam-diam.
Benteng Belgica berada di Bukit Tabaleku Naira Tenggara, Pulau Neira, Maluku. Benteng ini pertama kali dibangun oleh bangsa Portugis pada sekitar tahun 1512-an ketika mereka datang ke Banda guna membeli rempah-rempah.
Pada saat VOC berkuasa, dan orang Banda menolak monopoli VOC, benteng ini direbut dan dijadikan pusat pertahanan VOC.
Ketika Inggris datang, benteng ini sempat berpindah tangan beberapa kali, antara Belanda dan VOC, bergantung pada siapa yang lebih kuat pada masa itu.
Baru pada tahun 2015 lalu Benteng Belgica diresmikan sebagai cagar budaya tingkat nasional berjenis bangunan.
Akan tetapi, hingga sekarang, bangunan ini belum mendapat perhatian pemerintah lagi sehingga keadaannya terus terbengkalai tanpa adanya upaya pemugaran. Meskipun begitu, tidak jarang wisatawan datang berkunjung dan mengabadikan keindahan benteng ini.
Disebut-sebut sebagai Pentagonnya Indonesia, Benteng Belgica memang memiliki bentuk segi lima dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama adalah bagian pelataran yang tebal dan kokoh.
Tingginya diketahui 5,4 meter dengan panjang setiap segi mencapai 40 meter. Di setiap sudutnya terdapat bastion atau ruang jaga.
Sementara itu, ruangan-ruangan berada di lapisan kedua. Jumlah ruangan tersebut diperkirakan 18 ruangan yang digunakan sebagai tempat istirahat prajurit dan ruangan menyimpan amunisi.
Di sepanjang dinding lapisan kedua terdapat setidaknya 23 lubang pintu dan jendela yang berbentuk lengkungan. Selain itu, terdapat pula menara dan tangga yang menuju ke sejumlah lorong bawah tanah.
Mengunjungi Benteng Belgica terasa seperti memasuki lorong waktu. Pasalnya, belum banyak bagian dari benteng ini yang berubah sehingga jejak-jejak kegiatan masa lalu di tempat ini dapat diperkirakan selagi memandangnya.
Jika saja pemerintah berkenan mengurusi benteng ini, tentunya akan ada banyak pengetahuan mengenai kegiatan Portugis, Belanda, Inggris, maupun orang Banda sendiri di tempat ini yang dapat digali.