GRESIK – Nasib malang menimpa bayi di Kota Gresik, Jawa Timur. Usianya baru menginjak satu bulan lebih beberapa hari ketika mendengar suara ledakan petasan yang amat kencang dan dinyatakan meninggal dunia setelahnya.
Melansir detikJatim, bayi berinisial N itu adalah anak dari pasangan suami-istri Nur Hasim dan Nur Faizah. Mereka berdomisili di Desa Jatirembe, Benjeng, Gresik.
Dijelaskan oleh tante korban, Nufus, N sempat menjalani perawatan selama enam hari di rumah sakit sebelum meninggal dunia pada Kamis (27/4) pukul 10.00 WIB.
“Meninggalnya tadi pukul 10.00. Di RS Muhammadiyah Lamongan,” kata Nufus kepada detikJatim.
Ia menduga keponakannya itu meninggal setelah terkejut mendengar suara ledakan petasan yang disulut tetangganya pada malam takbir lebaran.
Menurutnya, petasan disulut pada Sabtu (22/4) malam, sekitar pukul 19.00 WIB, ketika sang bayi dan kedua orang tuanya sudah beristirahat di kamarnya.
Setelah mendengar petasan, N disebutkan terkejut hingga mata kanannya menutup dan lidahnya terbalik ke atas.
Ia juga menangis dan dicoba ditenangkan oleh ibunya dengan diberikan ASI. Akan tetapi, keadaan lidahnya yang sudah terbalik menyulitkan proses pemberian ASI.
“Dikasih ASI ibunya gak mau, karena lidahnya terbalik. Karena khawatir memburuk, kedua orang tua N membawanya ke klinik, bidan, hingga Rumah Sakit Denisa di daerah Bunder,” tambah Nufus.
Karena keterbatasan alat, lanjutnya, keluarga N membawanya ke Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan pada Rabu (26/4) siang.
Setibanya di sana, N dinyatakan sudah mengalami koma sehingga dimasukkan ke fasilitas ICU. Hasil CT scan-nya menunjukkan bahwa pembuluh darah di otak bayi itu telah pecah.
Dokter yang merawat, kata Nufus, menjelaskan bahwa pecahnya pembuluh darah di otak keponakannya disebabkan oleh benturan. Akan tetapi, bayi itu tidak pernah terbentur apa pun.
“Setelah kita jelaskan bahwa tidak pernah terbentur, dokter bilang bahwa pecahnya pembuluh otak itu juga bisa disebabkan karena kaget yang luar biasa,” jelasnya.
Tetangga tak merasa bersalah
Tetangga keluarga N bukannya tidak tahu bahwa ada bayi di sekitar mereka, yang bahkan rumahnya hanya berjarak dua rumah dari mereka. Imbauan telah diberikan, namun tidak dipedulikan.
“Sebelumnya sudah pernah diingatkan kalau ada bayi. Tapi gak digubris. Selain kakak saya, ada juga yang punya bayi, sampai diungsikan ke rumah kakeknya,” kata Nufus.
Tak hanya itu. Saat menyulut petasan, benda itu bahkan diarahkan ke atas rumah keluarga N. Mereka tak merasa bersalah maupun meminta maaf setelahnya.
“Kan orang dulu gitu, kalau kaget karena apa, dipegangkan penyebabnya. Waktu ibu saya meminta bungkus petasan yang disulut untuk obat sawanen (kaget), malah dikasih petasan yang belum disulut. Kan kurang ajar banget,” tambah Nufus.
Ia mengatakan bahwa dirinya dan keluarga N sejatinya sudah mengikhlaskan kepergian sang bayi.
Akan tetapi, ia tak habis pikir dengan tetangganya, yang menurutnya tak memiliki iktikad baik, karena belum juga menyampaikan permohonan maaf mereka.
“Tidak ada iktikad baik. Jangankan minta maaf, sampai keponakan saya meninggal saja tidak datang untuk melayat. Kita akan tunggu sampai malam ini, kalau tidak datang minta maaf kita akan lapor polisi,” tegas Nufus.