TIMUR TENGAH – Jalur Gaza bisa berada di ambang krisis kemanusiaan baru jika sejumlah pasokan kebutuhan hidup tidak diizinkan masuk, kata pihak berwenang, ketika Israel merespons serangan Hamas.
BBC merilis pada hari Senin (9/10) Israel mengumumkan “pengepungan total” terhadap wilayah Gaza dengan mengatakan bahwa pihaknya akan memutus suplai listrik, makanan, bahan bakar dan air.
Warga Gaza mengatakan bahwa bantuan suplai belum sampai ke daerah tersebut sejak Sabtu (7/10).
Rekaman BBC menunjukkan jalanan kota Gaza sepi hanya dipenuhi puing-puing bangunan yang runtuh setelah serangan udara Israel.
Hampir 700 orang tewas dalam serangan ini dan ribuan lainnya dilaporkan terluka.
Daerah ini dihuni oleh sekitar 2,3 juta orang dimana 80% di antaranya bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Gaza dipimpin oleh militan Hamas tetapi Israel mengontrol wilayah udara dan garis pantainya.
Kondisi ini membatasi siapa dan barang apa yang dapat melintasi perbatasan.
Negara tetangganya, Mesir juga mengontrol dengan ketat apa atau siapa yang dapat melewati perbatasannya dengan Gaza.
Sejak serangan dimulai pada Sabtu (7/10) pagi, Israel telah menghentikan semua pasokan yang masuk ke Gaza, termasuk makanan dan obat-obatan.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB mengatakan lebih dari selusin petugas kesehatan tewas atau terluka dan setidaknya tujuh pusat kesehatan rusak.
Sementara itu banyak orang yang saat ini tidak mempunyai listrik dan internet, dan akan segera kehabisan persediaan makanan dan air.
“Kerusakan fasilitas air, sanitasi dan kebersihan telah mengganggu layanan bagi lebih dari 400.000 orang,” kata Dujarric.
“Pembangkit Listrik Gaza sekarang menjadi satu-satunya sumber listrik dan mungkin akan habis dalam beberapa hari.”
Dia menambahkan bahwa Program Pangan Dunia telah mendistribusikan makanan untuk 100.000 pengungsi Palestina.
Angka ini akan meningkat delapan kali lipat dalam beberapa hari mendatang.
Bahkan sebelum pembatasan terbaru diberlakukan, penduduk Gaza sudah menghadapi kerawanan pangan, pembatasan pergerakan, dan kekurangan air.
Juliet Touma, juru bicara badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) mengatakan kepada BBC bahwa masyarakat di Gaza “ketakutan” dengan situasi saat ini dan khawatir akan keselamatan mereka serta anak-anak dan keluarga mereka.
Pada hari Senin (9/10), Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pihaknya akan mengepung total Gaza.
“Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas – semuanya ditutup,” katanya.
“Kami memerangi hewan dan mengambil tindakan yang sesuai,” imbuhnya.
Menteri infrastruktur Israel kemudian memerintahkan penghentian segera pasokan air ke Gaza.
Namun, sebelum pernyataan tersebut dirilis, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan rumah sakit menghadapi kekurangan obat-obatan, pasokan medis, dan bahan bakar akibat tindakan Israel.
Mereka menyerukan aktor-aktor internasional untuk mendesak Israel membuka kembali jaringan listrik dan memasok kebutuhan darurat dalam bentuk obat-obatan, bahan bakar dan generator listrik.