BOGOR – Pandemi Covid-19 yang telah berjalan selama kurang lebih dua tahun ini menyebabkan dampak yang serius pada kehidupan manusia, terutama dalam sektor ekonomi dan sosial.
Di Kota Bogor, Jawa Barat, angka kemiskinan disebutkan meningkat 1,1 persen selama pandemi berlangsung.
Situasi ini pun ditanggapi dengan serius oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang mengadakan rapat koordinasi strategis bersama puluhan perwakilan dinas hari ini, Jumat (12/8).
Dalam agenda tersebut, Wakil Wali Kota Bogor Dedie Abdu Rachim menginstruksikan semua dinas dan instansi di Kota Bogor untuk berkontribusi mengatasi peningkatan kemiskinan.
“Kami sudah menginstruksikan agar kontribusi setiap dinas untuk mengatasi masalah kemiskinan yang sedikit bertambah karena Covid-19, terutama bantu mentalitas-mentalitas masyarakat bangkit percaya diri menangkap peluang,” ungkapnya, dikutip dari Antara.
Dedie juga mengungkap bahwa rapat yang diadakan di Balai Kota itu telah membahas langkah-langkah strategis yang melibatkan semua unsur masyarakat agar membantu Pemkot Bogor mengatasi situasi ini.
Adapun beberapa pihak yang telah bermitra dengan Pemkot Bogor dalam hal ini adalah organisasi keagamaan, kader posyandu, hingga perusahaan swasta untuk skema tanggung jawab sosial atau Corporate social responsibility (CSR).
Selain itu, terdapat juga Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), organisasi perempuan, dan sejumlah lembaga kemasyarakatan lainnya.
Pada konteks kemiskinan, lanjut Dedie, Kota Bogor patut bersyukur karena tidak termasuk dalam golongan kota/kabupaten dengan tingkat kemiskinan ekstrem.
Dalam evaluasi penanggulangan kemiskinan, Kota Bogor masih menunjukkan indikasi kemiskinan dengan jumlah rumah tidak layak huni (RTLH) yang diproyeksikan membutuhkan bantuan sebanyak Rp44,4 miliar.
Dana itu akan disisihkan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) pada tahun 2022 untuk sekitar 20.000 rumah.
Selain bantuan fisik, Dedie juga menegaskan bahwa Pemkot Bogor akan mengucurkan dana sebesar Rp161 miliar, atau sekitar 7 persen dari anggaran, untuk memperhatikan kesejahteraan masyarakat melalui bantuan sehari-hari.
Di samping itu, Dedie berpendapat bahwa warganya masih memerlukan dukungan mental agar mau kreatif melihat potensi pekerjaan dan usaha.
“Yang tidak terlihat dan justru cukup berbahaya adalah mental, kemiskinan dari mentalnya,” tutur Dedie.
“Banyak sebetulnya kesempatan, peluang, tetapi karena tidak punya percaya diri, tidak berkeinginan untuk berubah akhirnya tidak mengambil kesempatan yang terbuka itu,” lanjutnya.