JAKARTA – Surya Paloh adalah salah satu kunci kemenangan tokoh-tokoh baru di ajang Pilkada maupun Pilpres di Indonesia. Masih jelas di ingatan kita saat Surya Paloh dengan Partai Nasdem miliknya mendukung Joko Widodo di Pilpres 2014 lalu. Bahkan, pemilik Media Group ini mengaku akan menggunakan kekuatan media massa miliknya untuk menarik kepercayaan masyarakat Indonesia.
“Harus diberdayakan sepenuhnya. Networking yang ada akan digunakan. Kalau bisa serangan darat, laut, dan udara,” kata Paloh di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta, Sabtu, 13 April 2014 lalu.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Surya Paloh dalam Pilkada DKI 2016 lalu. Pria ini dengan tegas mengaku akan tetap akan mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI meski Ahok lebih memilih maju sebagai calon gubernur lewat jalur independent.
Kali ini, Surya Paloh juga memberi ruang berkarya untuk Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) yang kini beralih profesi jadi pembawa acara di stasiun televisi milik Surya Paloh, Metro TV. Surya Paloh memang kerap mendukung tokoh-tokoh publik dari kalangan pengusaha yang mau membagi waktunya sebagai pejabat.
Perlu diketahui, Surya Paloh adalah orang sangat mendukung Susi Pudjiastuti untuk maju di ajang Pilpres 2024. Di tahun 2018 lalu pria asal Aceh ini mengaku sangat menyayangkan batasan pendidikan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pemilu.
Pernyataan Surya ini menanggapi polemik Susi yang tidak bisa bertarung di pemilihan presiden (pilpres) 2019 karena tak mengantongi ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA).
Surya Paloh – Andi Amran Sulaiman
Keberhasilan Surya Paloh ini tentu menjadi catatan sejarah yang perlu mendapat perhatian publik. Pasalnya, tokoh-tokoh diatas menjadi salah satu peluang bagi generasi muda untuk melihat bahwa masih ada partai yang berani mendukung tokoh baru yang tidak populer di partai-partai politik Tanah Air.
Surya Paloh sangat mendukung tokoh muda yang berani melakukan perubahan. Setelah berhasil mengubah birokrasi di tubuh pegawai negeri lewat Ahok dan Jokowi, Surya Paloh mengalihkan perhatiannya pada nelayan lewat Susi Pudjiastuti.
Namun, untuk keberhasilan di Pilpres 2024, Surya Paloh masih harus menjaring dukungan dari kelompok masyarakat petani yang selama ini hanya jadi tema politik partai. Calon presiden terpilih 2024 harus menyelesaikan dan melanjutkan pekerjaan yang tidak selesai dalam 10 tahun pemerintahan Jokowi.
Dalam catatan redaksi, Presiden Jokowi belum menyelesaikan persoalan Ketahanan Pangan yang pernah Ia gembar gemborkan saat kampanye di Pilpres 2014 lalu. Dalam hal ini, Surya Paloh sudah seharusnya ambil bagian dalam persoalan Ketahanan Pangan dengan mendorong tokoh yang berani mengembalikan kejayaan pertanian Indonesia.
Tahun 2014-2018 menjadi era kejayaan pertanian Indonesia di dunia internasional. Dan sebagai hadiah atas kerja keras tersebut, Indonesia berhasil menjadi anggota badan pangan dunia (FAO) yang disahkan pada 14-18 Juni 2021 kemarin. Saatnya Surya Paloh maju sebagai salah satu tokoh penting yang berani melanjutkan keberhasilan pertanian tersebut.
Amran Sulaiman Jawaban Untuk Ambisi Surya Paloh
Pilihan Surya Paloh mendukung tokoh-tokoh yang dipercaya oleh masyarakat perlu dilanjutkan dengan kembali mengarahkan dukungan pada tokoh pertanian yang berani melawan mafia pangan pertanian.
Andi Amran Sulaiman adalah nama baru yang diprediksi mampu menaikkan elektabilitas Partai Nasdem di Pilpres 2024 karena pernah mengejutkan Indonesia dengan swasembada beras. FAO melirik Indonesia karena berhasil memunculkan diri sebagai raksasa penghasil beras di dunia.
Sejarah mencatat, hanya Presiden Soeharto yang pernah membawa Indonesia mengalami swasembada beras. Dan prestasi tersebut terulang kembali di era Presiden Jokowi di tahun 2016 dan 2017 lalu.
Sayangnya, langkah Amran terjegal dan tidak kembali terpilih sebagai menteri pertanian di kabinet Presiden Jokowi jilid II. Program Amran yang spektakuler juga tidak mendapat dukungan politik.
Swasembada bawang putih misalnya, Amran berani mengajukan rencana menghentikan impor bawang putih kepada Presiden Jokowi di tahun 2016 disebut-sebut membuat para pengusaha berang. Selain itu, Amran juga tidak disukai karena berani menjegal oknum pengusaha korup yang berharap agar kebijakan impor terus berlangsung.
Amran sangat berbeda dengan Ahok dalam hal kebijakan. Ahok saat menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta terang-terangan menggandeng pengusaha properti ibukota dalam sistem pembangunan pemerintahannya.
Bahkan, dalam beberapa kali pernyataannya Ia menjelaskan bila kunci kemenangan Jokowi di Pilpres adalah pengusaha. Sementara itu Amran sebaliknya. Dalam kebijakannya Ia tidak memberi ruang pada pengusaha yang terlibat korupsi pertanian.
Pada dasarnya, masyarakat Indonesia hanya bisa berharap pada Surya Paloh dalam menjaring tokoh-tokoh muda yang mau bekerja bagi masyarakat. Pilpres 2024 adalah penentu nasib Indonesia.
Selama partai politik masih berperan besar di Pilpres maka saat ini hanya Nasdem yang masih berani mendukung tokoh kontroversial. Mungkin cerita Pilpres akan berbeda bila tokoh-tokoh muda berani maju lewat jalur independent.