ITALIA – Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) belum lama ini menyatakan bahwa Venesia harus ditambahkan ke daftar situs warisan dunia dalam bahaya.
Dalam laporannya, UNESCO menyebutkan bahwa kota ikonis di timur laut Italia itu berisiko mengalami kerusakan “yang tidak dapat dipulihkan” dari pariwisata yang luar biasa, pembangunan yang berlebihan, dan naiknya permukaan laut karena perubahan iklim.
Badan tersebut pun kini mendorong adanya pelestarian yang lebih baik terhadap situs tersebut untuk masa depan.
Seorang juru bicara pemerintah Kota Venesia mengatakan bahwa mereka akan “membaca dengan cermat” proposal tersebut, lapor Reuters.
Tak hanya itu, proposal tersebut juga dipastikan akan didiskusikan dengan pemerintah Italia.
Venesia dikenal sebagai “La Serenissima”, yang diterjemahkan menjadi “sangat tenteram”.
Sayangnya, kondisi kota saat ini agaknya tidak lagi cocok dengan julukan tersebut.
Laporan UNESCO menyalahkan pihak berwenang Italia atas “kurangnya visi strategis” untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh salah satu kota paling indah di negara itu.
Ini merupakan pukulan bagi pihak berwenang, yang dituduh gagal melindungi kota bersejarah dan laguna di sekitarnya.
Di sisi lain, salah seorang mantan Wali Kota Venesia menuduh badan internasional itu sebagai “salah satu badan paling mahal dan tidak berguna di muka bumi”.
Massimo Cacciari mengatakan bahwa UNESCO memberikan “penilaian tanpa pengetahuan” dan “memberikan pendapat kiri dan kanan, yang sebaiknya kami abaikan”.
“Mereka tidak memberi kami dana untuk melakukan perubahan, yang mereka lakukan hanyalah mengkritik… Seolah-olah Venesia membutuhkan UNESCO untuk menjadi situs warisan dunia! Kami membutuhkan lebih banyak tindakan dan lebih sedikit kata.”
Dimasukkannya Venesia dalam daftar bahaya telah diusulkan oleh UNESCO dua tahun lalu, namun berhasil dicegah pada saat-saat terakhir karena beberapa tindakan darurat yang diadopsi oleh pemerintah Italia.
Secara khusus, salah satu tindakan tersebut adalah keputusan untuk melarang kapal besar–seperti kapal pesiar–di Kanal San Marco, serta janji untuk meluncurkan rencana konservasi yang ambisius untuk kota tersebut.
Larangan kapal besar saat ini sedang diberlakukan–di tengah imbauan UNESCO yang mengatakan kebijakan itu harus diperluas ke model kapal lain yang sangat berpolusi.
Akan tetapi, rencana untuk menyelamatkan Venesia tidak pernah dilaksanakan, dan tetap menjadi fatamorgana.
Menurut surat kabar Italia la Repubblica, pakar UNESCO telah menulis beberapa surat kepada pemerintah Italia untuk meminta pembaruan dan jadwal. Jawaban yang mereka terima dianggap tidak cukup.
Laporan Unesco, yang dilihat oleh la Repubblica, mengatakan bahwa pihak berwenang yang menangani keadaan darurat di kota tersebut tidak memiliki strategi untuk mengatasi ancaman perubahan iklim.
Pemanasan planet berdampak merusak dengan menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga Venesia yang dikelilingi air sangat rentan terhadap banjir.
Selain itu, sekitar 28 juta turis mengunjungi Venesia setiap tahun. Hal ini menyebabkan semakin banyak proyek perluasan perkotaan, yang pada gilirannya merusak kota, menurut UNESCO.
Antara lain, UNESCO percaya bahwa bangunan tinggi dapat “memiliki dampak visual negatif yang signifikan” pada kota dan harus dibangun jauh dari pusat kota.
Venesia dianggap sebagai permata yang tak terbantahkan oleh orang Italia.
Selain diberi julukan untuk ketenangannya, kota ini juga dikenal sebagai “kota cinta”, “la domitante” (yang dominan), dan “ratu Laut Adriatik”.
UNESCO mendaftarkan 55 situs Warisan Dunia secara global sebagai “dalam bahaya”, dengan 204 lainnya yang secara aktif dipantau oleh badan tersebut karena ancaman yang mereka hadapi.
Great Barrier Reef Australia nyaris tidak masuk ke daftar tahun ini meskipun tetap berada di bawah “ancaman serius” dari perubahan iklim dan polusi air.
Sebaliknya, UNESCO akan meninjau kembali upaya konservasi terumbu karang yang dilakukan pemerintah Australia pada tahun 2024.
Sumber: BBC