22.9 C
Indonesia

Mengapa Mantan Wakil Menteri Pertahanan Iran Ini Dihukum Mati dengan Sadis?

Must read

IRAN – Setelah ditangkap pada tahun 2019, mantan Wakil Menteri Pertahanan Iran Alireza Akbari diumumkan awal tahun ini telah meninggal dalam pelaksanaan hukuman mati.

Akbari, yang berkewarganegaraan Inggris-Iran, dinyatakan bersalah atas tuduhan melakukan spionase dengan menjadi mata-mata untuk Inggris.

Kabar meninggalnya pria itu dilaporkan oleh kantor berita kehakiman Iran, Mizan, pada pertengahan Januari–dan dengan segera mendapat kecaman yang meluas.

Baca Juga:

Ia disebutkan meninggal dengan cara digantung, namun waktu spesifik pelaksanaan eksekusi itu tidak diumumkan.

Sebelumnya pada pekan yang sama, Iran merilis sebuah video yang menunjukkan Akbari yang membuat pengakuan atas hal-hal yang dituduhkan kepadanya.

Setelah itu, Kementerian Intelijen Iran menyebutnya sebagai “salah satu agen terpenting dari badan intelijen Inggris di Iran”, lapor BBC.

Lahir di Teheran pada tahun 1961, Akbari mengemban titel mantan Kolonel Garda Revolusi Iran.

Ia bertugas sebagai wakil menteri di bawah kepemimpinan Ali Shamkhani selama masa kepresidenan Mohammad Khatami yang menjabat selama dua periode antara tahun 1997 dan 2005.

Ketika Akbari ditangkap, Shamkhani menjabat posisi Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Posisi itu masih didudukinya hingga sekarang.

Dalam pesan audio yang disiarkan BBC Persia sebelum eksekusi Akbari dilaksanakan, pria itu terdengar mengatakan bahwa kembalinya ia ke Iran setelah tinggal selama beberapa tahun di Inggris adalah karena menerima undangan.

Ia mengaku diundang untuk mengunjungi negara itu atas permintaan seorang diplomat top Iran yang terlibat dalam pembicaraan nuklir dengan kekuatan dunia.

Setibanya di sana, dirinya malah mendapat tuduhan telah memperoleh rahasia intelijen dari Shamkhani, “dengan imbalan sebotol parfum dan kemeja”.

Dalam penahanannya, ia mengatakan bahwa dirinya “diinterogasi dan disiksa” oleh agen intelijen “selama lebih dari 3.500 jam”.

“Selama 3.500 jam itu, yang memakan waktu lebih dari 10 bulan, mereka merekam pengakuan saya dengan 10 kamera untuk membuat film bergaya Hollywood,” katanya, menambahkan bahwa dia juga diberi “obat psikedelik”.

“Dengan menggunakan metode [penyiksaan] fisiologis dan psikologis, mereka menghancurkan keinginan saya, membuat saya gila dan memaksa saya untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.

“Dengan kekuatan senjata dan ancaman pembunuhan, mereka membuat saya mengakui klaim palsu dan korup.”

Tak hanya itu, ia  juga menuduh Iran berusaha “membalas dendam pada Inggris dengan mengeksekusi” dirinya.

Beberapa jam setelah pesan itu disiarkan, Mizan untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa Akbari dinyatakan bersalah melakukan spionase, dan bahwa Mahkamah Agung telah menolak bandingnya.

Kantor berita itu juga mengutip pernyataan Kementerian Intelijen Iran yang mengatakan Akbari telah menjadi “salah satu penyusup paling penting dari pusat-pusat sensitif dan strategis negara” untuk MI6 (Badan Intelijen Rahasia Inggris) dan bahwa ia telah “menyusun dan secara sadar mentransfer data sensitif informasi”.

Pihak kementerian mengklaim bahwa agennya mengungkap mata-mata Akbari dengan memberinya informasi palsu.

Pelaksanaan eksekusi Akbari mendapat tanggapan keras dari banyak pihak, menyebut bahwa itu adalah pelanggaran HAM berat.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, misalnya, yang mengatakan eksekusi tersebut adalah “tindakan yang tak punya perasaan dan pengecut, dilakukan oleh rezim barbar”.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru