KYRGYZSTAN – Burulai Turdaali Kyzy hanya ingin keluar sebentar dari rumahnya pada malam itu.
Tak ada yang menyangka bahwa itu adalah kali terakhir mereka melihatnya baik-baik saja.
Pasalnya, beberapa jam setelahnya, ia justru ditemukan tewas mengenaskan di kantor polisi.
Sosok laki-laki yang mengatakan ingin menikahinya menjadi dalang di balik kepergiannya.
“Saya akan mendapatkan kamu, bahkan jika saya harus membusuk di penjara.”
Kisah ini bukan khayalan semata. Kisah ini benar terjadi pada Mei 2018 lalu di Desa Sosnovka, Kyrgyzstan.
Diberitakan oleh The Economist, Burulai diculik usai membeli susu sapi fermentasi di kedai di dekat rumahnya.
Ia sempat dinyatakan aman karena polisi setempat berhasil menemukannya.
Polisi juga menangkap pelaku, seorang pria yang pernah dikencani Burulai selama tiga bulan, dan membawanya untuk diinvestigasi.
Ketika ayah sang gadis tiba di kantor polisi, petugas menginformasikan bahwa pelaku penculikan dan korbannya diizinkan oleh investigator untuk berada di ruangan yang sama, hanya berdua, lapor RFE/RL.
Petugas baru memaksa masuk ke ruangan itu ketika mendengar suara pertengkaran.
Burulai tak tertolong. Kojonaliev, ayahnya, mengatakan pelaku tidak hanya menikam tubuhnya dengan pisau, melainkan juga mengukir inisialnya di sana.
Aksi penculikan yang menimpa gadis berusia 19 tahun itu sering dikaitkan dengan tradisi setempat yang dikenal dengan “ala-kachuu“, yang berarti “dapatkan dan lari”.
Akan tetapi, banyak yang percaya bahwa tradisi asli tidak mengandung kekerasan atau pemaksaan dan bahkan telah diatur oleh kedua pihak sebelumnya.
Agaknya, dalam kasus Burulai, tradisi dijadikan alat untuk menghalalkan segala upaya untuk dapat mengikatnya dalam suatu hubungan pernikahan–meskipun ia sendiri tidak menginginkannya.
Pada tahun 2016, sekitar 22% wanita Kyrgyzstan dilaporkan mengaku bahwa pernikahan mereka berawal dari penculikan.