LOUISIANA – Mariah Carey kini terbebas dari gugatan yang ditujukan kepadanya atas tuduhan pelanggaran hak cipta. Andy Stone, orang yang melayangkan gugatan kepada Carey awal Juni lalu, dikabarkan telah mencabut tuntutannya.
Carey sebelumnya dituntut atas tuduhan pelanggaran hak cipta, penyalahgunaan, dan lainnya, atas lagunya bertemakan Natal yang mendunia, “All I Want For Christmas Is You”.
Dalam pengaduan yang diajukan ke pengadilan federal New Orleans, Stone meminta ganti rugi setidaknya $20 juta (sekitar 288 miliar) dari Carey, rekan penulisnya, dan Sony Music Entertainment.
Penulis lagu tersebut mengaku bahwa ia juga menulis lagu dengan judul yang sama lima tahun sebelum lagu milik Carey dirilis dan mengatakan bahwa sang diva telah mengeksploitasi “popularitas” dan “gaya”nya.
Dilansir dari BBC, meskipun kedua lagu tersebut berbeda secara musikalitas, Stone tetap berlendapat bahwa Carey tidak meminta pendapatnya untuk menggunakan judul yang sama.
Ia juga mengatakan bahwa wanita kelahiran tahun 1970 itu telah menerima “bayaran yang tidak pantas diterimanya” selama ini.
Pada kenyataannya, lebih dari satu lagu bisa memiliki judul yang sama. Kantor Hak Cipta Amerika Serikat bahkan mencatat ada 177 lagu dengan judul “All I Want For Christmas Is You”.
Stone, yang dikenal sebagai Vince Vance dengan bandnya yang bernama Vince Vance and the valiants, mencabut tuntutannya pada Selasa (1/11).
“All I Want For Christmas Is You” milik Carey sendiri diketahui dirilis pada tahun 1994 dan telah diputar terus menerus sejak saat itu, terlebih ketika menjelang Natal.
Alunannya yang ceria meramaikan berbagai pusat perbelanjaan, dimainkan di berbagai radio, hingga konsisten menduduki puncak tangga lagu Billboard Hot 100 setiap tahun sejak tahun 2019.
Per tahun 2017, lagu yang termasuk ke dalam album “Merry Christmas” itu diketahui telah memberikan pemasukan royalti kepada sang penyanyi sebesar $60 juta (sekitar Rp940,8 miliar).
