BELANDA – Tropenmuseum di Amsterdam, Belanda, dijadwalkan akan menggelar sebuah pameran baru pada Kamis (24/6) pekan ini.
Pameran ini meneliti langkah-langkah kolonialisme dalam membentuk dunia serta menyoroti ketahanan masyarakat dalam menghadapi kekuatan kolonial.
Bertajuk “Our Colonial Inheritance” atau “Warisan Kolonial Kita”, pameran ini akan terdiri dari 10 ruangan.
Dilansir dari NL Times, keseluruhannya akan menceritakan kisah tentang bagaimana berbagai proyek dan struktur kolonial bekerja melalui fotografi, alat musik, lukisan, dan benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya itu, petugas pers Tropenmuseum Coromandel Brombacher juga mengungkap bahwa akan ada informasi tentang bagaimana individu dapat mengambil tindakan terhadap struktur kolonial.
Bagian tersebut–mengambil tindakan–adalah komponen yang sangat penting.
Brombacher mengatakan bahwa, dalam penelitian yang dilakukan Tropenmuseum saat mengadakan pameran, kaum muda mengatakan kepada museum bahwa mereka menyadari adanya ketidaksetaraan di dunia namun tidak tahu bagaimana melawannya.
Sebagai tanggapan, museum akan menunjukkan sumber daya untuk membantu orang belajar lebih banyak dan mengambil tindakan.
“Ini bukan sejarah yang telah berakhir, Anda meletakkan pita di sekelilingnya dan itu selesai,” kata Brombacher.
“Sejarah ini telah membentuk struktur saat ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kami katakan bukan hanya rakyat yang menjadi korban yang harus mengatasi semua kolonialisme: ada ketahanan, ada kreativitas, ada perjuangan melawan sistem,” sambungnya.
Pameran yang rencananya akan berlangsung selama tujuh tahun ke depan ini dipersiapkam sejak lama dan sempat tertunda akibat pandemi Covid-19.
Menurut laman resminya sendiri, museum ini didirikan sebagai “jendela pajangan untuk barang-barang kolonial”.
Akan tetapi, Brombacher mengatakan bahwa museum sedang mencoba untuk menjauh dari akar etnografisnya dalam beberapa tahun terakhir untuk merangkul “pandangan dunia yang lebih terbuka.”
“Di seluruh dunia, orang berurusan dengan topik yang sama,” ungkapnya.
“Dan kami mencoba menunjukkan bagaimana orang menanggapi pertanyaan atau topik tertentu di seluruh dunia, tanpa pendapat bahwa yang satu lebih baik dari yang lain,” paparnya kemudian.
Oleh sebab itu, museum kini mencoba bekerja dengan para seniman kontemporer untuk mengeksplorasi tema-tema yang mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia.
Pendekatan ini meluas ke pameran yang akan datang, yang akan menampilkan berbagai program dan acara dengan kerja sama dengan para seniman dalam beberapa bulan mendatang.
Program akan dimulai pada 1 Juli dengan acara Keti Koti, hari libur yang menandai Hari Emansipasi di Suriname.
Brombacher mengatakan bahwa pameran ini diharapkan akan menjadi titik awal untuk berbagai diskusi dengan orang-orang yang akan menjadi lebih bijaksana karena memiliki lebih banyak informasi.
“Kami telah bekerja dengan banyak orang yang berbeda. Ini bukan cerita kami untuk diceritakan … jadi, kami mengundang orang untuk membuat karya mereka, untuk menceritakan bagian mereka dari cerita, sudut pandang mereka,” pungkasnya.
Sumber: NL Times