SPANYOL – Lebih dari 120 sekolah di wilayah Extremadura, Spanyol, mengizinkan siswa pulang lebih awal mulai kemarin, Senin (13/6), karena suhu yang sangat panas.
Dilansir dari Anadolu Agency, suhu di beberapa bagian wilayah tersebut diperkirakan akan melonjak melebihi 40 derajat Celcius.
Keadaan tersebut cukup menyulitkan mengingat sekolah umum biasanya tidak memiliki AC dan banyak ruang kelas yang tidak memiliki kipas angin.
“Saya menjemput anak saya lebih awal karena saya tidak ingin dia terkena heat stroke. Beberapa tahun yang lalu, ada episode panas serupa, dan anak-anak tercekik di ruang kelas,” ujar Victor Sereno, ayah dari seorang siswa di Caceres, kepada harian lokal Hoy.
Langkah adaptasi untuk menghadapi kenaikan suhu diterapkan pada tahun 2017. Langkah ini memberikan orang tua pilihan untuk menjemput anak-anak mereka sekitar waktu tengah hari–tepat saat hari mulai menjadi sangat panas.
Spanyol saat ini dapat dikatakan tengah berada dalam cengkeraman gelombang panas paling awal dalam sejarah.
Beberapa bagian Spanyol berada di bawah peringatan panas yang intens sejak Jumat (10/6) lalu. Selama akhir pekan, peringatan cuaca panas bahkan meluas ke sekitar 80% negara.
Keadaan tersebut diperparah dengan fakta bahwa kebebasan dari suhu panas mungkin masih cukup jauh untuk diraih.
Pada hari Senin, badan meteorologi Spanyol mengatakan suhu mungkin tidak akan berkurang sampai hari Jumat (17/6) nanti.
Meskipun suhu siang hari terasa sangat terik, jutaan penduduk dan pengunjung Spanyol dapat mengharapkan suhu malam hari yang tidak turun di bawah 20-25 derajat.
Antara 1961-1990, rata-rata, Spanyol hanya akan merasakan sekitar lima malam yang panas setiap tahunnya.
Akan tetapi, antara 1991 dan 2020, jumlah rata-rata “malam tropis” meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 11, menurut ilmuwan iklim Dominic Roye.
Kondisi panas dan kering juga memicu beberapa peristiwa kebakaran hutan. Beruntungnya, hal itu dapat diatasi oleh para petugas pemadam kebakaran, bahkan yang paling serius sekalipun.
Sumber: Anadolu Agency