NEW YORK – Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Vassily Nebenzia memilih walk out dari rapat Dewan Keamanan PBB yang diselenggarakan awal pekan ini, Senin (6/6).
Aksi itu dilakukannya usai mendengar paparan Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengenai dampak invasi Rusia ke Ukraina terhadap krisis pangan global, yang menurutnya adalah “kebohongan”.
Michel mengatakan bahwa Rusia harus bertanggung jawab penuh atas krisis pangan global yang tercipta sejak negara tersebut meluncurkan invasi ke Ukraina pada akhir Februari lalu.
“Tuan Duta Besar Federasi Rusia, jujur saja, Kremlin menggunakan pasokan makanan sebagai rudal siluman terhadap negara-negara berkembang,” ungkap Michel dalam rapat tersebut.
“Rusia bertanggung jawab penuh atas krisis pangan ini,” sambungnya kemudian.
Tidak hanya itu, Michel juga mengutip laporan tentang adanya kejahatan perang seperti tindak kekerasan seksual oleh pasukan Rusia–yang menjadi fokus utama rapat kali ini. Ia menggambarkannya sebagai “taktik penyiksaan, teror dan penindasan”.
Nebenzia dikabarkan “dengan tegas membantah” tuduhan kekerasan seksual tersebut dalam pidatonya. Ia mengatakan bahwa tuduhan tersebut adalah kebohongan.
Ia akhirnya meninggalkan ruangan dengan raut wajah yang kesal. Kepada Reuters, ia mengatakan bahwa ia “tidak bisa diam saja” atas “kebohongan yang Charles Michel sebarkan” tersebut.
“Anda bisa meninggalkan ruangan, mungkin lebih mudah untuk tidak mendengarkan kebenaran,” ujar Michel saat Nebenzia mulai meninggalkan tempat duduknya.
Seperti yang diketahui, Rusia dan Ukraina adalah pemasok hampir sepertiga kebutuhan gandum global. Rusia juga dikenal sebagai pengekspor pupuk, sementara Ukraina adalah pengekspor minyak jagung dan biji bunga matahari.
Oleh karena itu, kondisi ketidakstabilan kedua negara menghambat terpenuhinya kebutuhan produk-produk tersebut di banyak negara.
Berkurangnya pasokan produk-produk tersebut di pasaran dunia membuat harganya melonjak naik. Dan seperti yang dikatakan Michel, telah menjadi “rudal siluman” bagi negara berkembang.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun mencoba menengahi situasi dengan “kesepakatan paket” untuk melanjutkan ekspor makanan Ukraina dan pupuk Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga dikabarkan akan mengunjungi Turki hari ini, Rabu (8/6), untuk membahas pembukaan ekspor biji-bijian dari Ukraina.