20.4 C
Indonesia

Animisme Menurut Tylor: Dari Doktrin Jiwa Menjadi Doktrin Roh

Must read

ENSIKLOPEDIA – Kata “animisme” tampaknya bukan sebuah kata baru dalam kamus pengetahuan banyak orang. Animisme secara singkat didefinisikan sebagai kepercayaan terhadap kekuatan supranatural, nenek moyang, leluhur, dan sebagainya.

Dilansir dari Britannica, animisme adalah kepercayaan pada makhluk spiritual yang tak terhitung banyaknya yang peduli dengan urusan manusia dan mampu membantu ataupun merugikan manusia.

Kepercayaan ini pertama kali dipelajari secara kompeten oleh Sir Edward Burnett Tylor dalam karyanya yang berjudul Primitive Culture (1871).

Baca Juga:

Baginya, konsep animisme adalah jawaban atas pertanyaan, “Apa bentuk agama paling dasar yang mungkin masih menyandang nama itu?”

Untuk melanjutkan studi sistematis tentang masalah ini, Tylor membutuhkan “definisi minimum agama” dan menemukannya dalam “Kepercayaan pada Makhluk Spiritual”.

Ia mengumpulkan serangkaian kasus etnografi dan mengaturnya secara berurutan–dari tahap perkembangan yang paling sederhana atau paling awal hingga tahap yang paling kompleks atau paling baru.

Dengan cara tersebut, ia menyimpulkan bahwa agama telah berevolusi dari “doktrin jiwa”, yang muncul dari refleksi spontan atas kematian, mimpi, dan penampakan, menjadi “doktrin roh” yang lebih luas, yang akhirnya meluas hingga mencakup iblis dan dewa yang kuat.

Karakteristik yang menonjol dari semua agama animistik adalah partikularisme yang terbukti dalam jumlah dan ragam roh yang dikenali dan dalam ruang lingkup khusus yang dikaitkan dengan masing-masing roh.

Beberapa kepercayaan animisme yang pernah diteliti adalah Sami pra-Kristen dari Skandinavia, kepercayaan yang dipegang oleh suku Ojibwa di Amerika Utara, dan kepercayaan yang dianut oleh suku Aborigin di Australia.

Mereka melokalisasi roh-roh pada objek tertentu seperti pohon, tiang, batu, angin, matahari, dan sebagainya serta “menciptakan” peran roh-roh tersebut berdasarkan “tempat” mereka tinggal.

Roh atau dewa yang baik akan tampil dalam bentuk yang baik, dan sebaliknya.

Sementara itu, Buryat dari Danau Bakal di Siberia mengembangkan tatanan sosial yang rumit dan memandang dunia roh sebagai kembarannya sendiri, diorganisasikan dengan cara yang sama ke dalam peringkat bangsawan, rakyat jelata, dan budak.

Ketika seorang individu mati, ia akan berpindah ke dunia lain, dengan asumsi peringkat yang tepat dan memperoleh kekuatan baru atas orang lain, yang mungkin ia lakukan dengan baik atau buruk sesuai dengan karakternya dalam kehidupan.

Orang-orang jahat, seolah-olah, menjadi iblis dan orang-orang hebat menjadi dewa.

 

Sumber: Britannica

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru