25.4 C
Indonesia

Bantah Klaim Malaysia, Pertunjukan Reog Ponorogo Digelar Secara Massal

Must read

PONOROGO – Isu klaim Malaysia terhadap kesenian dan budaya Reog Ponorogo kembali terdengar beberapa waktu belakangan ini. Bahkan, negara tetangga tersebut dilaporkan tengah mengupayakan Reog Ponorogo agar menjadi Warisan Budaya Tak Benda mereka ke UNESCO.

Warga Ponorogo, Jawa Timur, merasa tidak terima. Untuk melampiaskan kekecewaan dan kemarahan serta membantah klaim tersebut, pentas Reog Ponorogo digelar tadi malam, Jumat (8/4).

Beberapa sumber menyebutkan jumlah Reog Ponorogo yang ditampilkan mencapai angka 40. Sedangkan sumber lain menulis lebih dari itu, bahwa ada 100 penampil Reog Ponorogo yang meramaikan alun-alun Ponorogo.

Baca Juga:

Dengan jumlah yang banyak itu, jumlah penonton diperkirakan mencapai ribuan. Bersama-sama, mereka menyanyikan yel-yel dan menyaksikan pertunjukan dengan hikmat.

Bendera merah putih bahkan sempat dikibarkan di tengah-tengah kerumunan, sebagai pertanda bahwa Reog Ponorogo adalah milik bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Ponorogo.

“Kami atas nama seniman Reog Ponorogo prihatin atas kondisi ini. Karena itu, kami memohon kepada pemerintah Indonesia. Kepada Pak Joko Widodo untuk menyelamatkan reog ini agar Malaysia berhenti mengklaim,” kata Koordinator Aksi Pentas 100 Reog, Hari Purnomo, Jumat (8/4), dikutip dari Okezone.

Hari mengatakan, yang lebih pantas mengajukan Reog ke UNESCO adalah Indonesia. Sebab, Reog asli berasal dari Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia.

“Kami mohon kepada pak presiden bersama menteri-menterinya untuk segera mengambil langkah atas masalah ini,” katanya.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko. Ia menyayangkan pemerintah pusat yang lebih memfokuskan pengajuan jamu ke UNESCO dibanding Reog.

“Reog masuk urutan kedua, jamu yang kali ini diusulkan. Kami tidak kecewa, tapi kami nelongso,” tuturnya kepada wartawan.

Menurut Sugiri, bertahan di situasi pandemi covid-19 seperti sekarang ini bukanlah hal yang mudah untuk kesenian Reog. Dengan selalu tidak adanya tempat untuk tampil, Reog bisa punah.

“Reog ini bisa punah kalau tidak tampil! Ada perajin, ekonomi bergerak. Bagaimana bisa mas menteri memilih jamu dan tidak mengupayakan nasionalisme kita? Reog?” imbuhnya.

Dilansir dari Detik, ia lalu menambahkan, meskipun dirinya menyukai jamu, ada baiknya situasi saat pandemi ini dikaji, ditelisik, dan diteliti dengan adil dan transparan berdasarkan ICH-UNESCO.

“Ada perubahan, masyarakat Indonesia berdoa bersama agar Reog diakui UNESCO, jadi karya adiluhung, milik Ponorogo, Jatim, milik rakyat Indonesia,” pungkas Giri.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru