21.3 C
Indonesia

Apa Rahasia Sukses Banyuwangi Dalam Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Sebagai Penopang Kemajuan Pariwisata Daerahnya?

Program Pelayanan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Terhadap Orang Miskin Patut Dipuji

Must read

BANYUWANGI – Berada di kawasan paling ujung di Provinsi Jawa Timur tak lantas membuat Banyuwangi menjadi kabupaten yang tidak maju. Secara bertahap, Banyuwangi menjadi salah satu kabupaten teladan yang memberikan layanan terbaik kepada masyarakat salah satunya kepada orang-orang yang tidak mampu

Perkembangan Banyuwangi dalam 10 tahun terakhir memang cukup pesat. Tujuan pemerintah daerah agar Banyuwangi menjadi daerah tujuan wisata dunia ternyata tidak main-main. 

Festival Posyandu Kreatif (FPK) yang puncak acaranya dilaksanakan di pendopo kabupaten pada kamis, 25 November 2021 (Foto: Humas Pemkab Banyuwangi/ THE EDITOR)

Pasalnya, dalam mencapai tujuannya, Banyuwangi tidak melupakan para lansia yang membutuhkan layanan kesehatan prima semasa hidup mereka. 

Baca Juga:

Perlu diketahui, Kabupaten Banyuwangi mengambil langkah strategi “jemput bola” dalam menjaga kesehatan masyarakat.

Aksi jemput bola merawat warga merupakan program pemerintah daerah yang dijalankan secara teratur di seluruh puskesmas di Banyuwangi.

Bagaimana cara Banyuwangi menjalankan program ini? 

Yang pertama adalah dengan mendata dan mencari orang miskin yang tinggal di Kabupaten Banyuwangi. 

Kedua, mendatangi para lansia. Banyuwangi menjadi salah satu kabupaten yang secara rutin merawat lansia yang tinggal sebatang kara dan tidak terurus kesehatannya. 

Jadi dalam hal ini, tidak akan ada kasus kematian warga atau lansia yang tengah sakit sebagaimana yang terjadi pada Amiluddin, seorang warga yang tewas saat tengah mengurus elektronik KTP (E-KTP) di kantor dinas kependudukan dan catatan sipil (Dukcapil) di Kabupaten Bulukumba beberapa hari yang lalu.

Ketiga, menangani kesehatan warga yang membutuhkan hingga tuntas dan paripurna. Jadi, bila pasien membutuhkan rujukan, maka pihak puskesmas yang akan merujuknya ke rumah sakit, bukan pasien yang tengah sakit.

Keempat, menyantuni warga miskin dan lansia yang terlantar sebatang kara saat memberikan pelayanan.

Petugas kesehatan di Banyuwangi juga dberi anjuran untuk menyisihkan sebagian rejekinya untuk diberikan kepada orang-orang miskin dan terpinggirkan.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani didampingi satgas kecamatan dan desa keliling meninjau program jemput bola vaksinasi ke rumah salah seorang lansia bernama Mbah Soreh yang tinggal di Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh pada tanggal 1 November 2021 lalu (Foto: Humas Pemkab Banyuwangi/ THE EDITOR)

Kelima, warga miskin diizinkan melaporkan kondisinya kepada pemerintah lewat media sosial.

Aduan lewat media sosial akan ditanggapi dengan langsung disampaikan kepada kepala puskesmas terdekat untuk dikerjakan oleh staf mereka masing-masing. 

Puskesmas akan mendatangi pasien dan mengobati serta melaporkan kembali kondisi kesehatan pasien kepada kepala puskesmas, kepada masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan bupati.

Sudah saatnya tiap daerah memiliki kepala daerah yang peduli pada masyarakat dengan membuahkan program-program strategis seperti yang diinisiasi oleh Ipuk Fiestiandani

Di era Ipuk, pelayanan kesehatan terhadap warga miskin harus selesai dalam waktu maksimal 4 jam setelah laporan masuk.

Jadi, bila anda adalah warga miskin yang tinggal di Banyuwangi, maka anda dipastikan tidak akan mati tanpa pernah melalui proses perawatan dan pengobatan medis di rumah sakit dan puskesmas.

Teknologi tetap jadi andalan utama dalam pelayanan kesehatan. Banyuwangi merupakan satu dari sekian kabupaten yang sangat modern dan menggunakan teknologi sebagai penopang pelayanan kesehatan masyarakat.

Di kabupaten ini juga, peningkatan jumlah sumber daya manusia (SDM) juga jadi program utama dalam pelayanan kesehatan seiring dengan majunya teknologi yang mereka gunakan.

Pemkab Banyuwangi memberikan “servis” khusus untuk para lanjut usia (lansia) dan difabel, dengan layanan Go On Document (Godoc). Ini merupakan layanan yang memudahkan para lansia dan difabel, sehingga mereka tidak perlu datang ke tempat layanan untuk mengurus administrasi kependudukan. Dalam foto terlihat seorang petugas tengah mendatangi seorang lansia untuk melakukan proses rekam retina mata pada Minggu, 21 November 2021 (Foto: Humas Pemkab Banyuwangi/ THE EDITOR)

Ipuk ingin teknologi yang terus berkembang dipakai untuk memantau kondisi kesehatan masyarakat.

Jadi, ia tidak ragu menyatukan dinas kesehatan dan dinas komunikasi dan informasi di Banyuwangi untuk mendorong program ini.

Perlu diketahui, BPS merilis jumlah penduduk miskin di Banyuwangi di tahun 2021 mencapai 130.930 jiwa, angka ini berkurang dari tahun 2019 yang mencapai 121.370 jiwa.

Sementara itu di tahun 2018 mencapai angka 125.500 jiwa, tahun 2017 mencapai 138.540 jiwa dan tahun 2016 mencapai 140.450 jiwa.

Kemudian di tahun 2013 angka kemiskinan di Banyuwangi berdasarkan BPS mencapai angka 152.200 jiwa, dan di tahun 2012 mencapai angka 157.200 jiwa.

Dengan kata lain, dari data tersebut dapat diketahui bahwa perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat di Banyuwangi berangsur membaik tiap tahun.

Jadi, sudah saatnya tiap daerah memiliki kepala daerah yang peduli pada masyarakat dengan membuahkan program-program strategis seperti yang diinisiasi oleh Ipuk Fiestiandani.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru