UKRAINA – Kabar kegagalan perundingan ketiga Rusia-Ukraina telah mencuat dan menimbulkan kekhawatiran tentang akhir konflik yang belum juga jelas.
Dalam perundingan yang terlaksana pada Senin (7/3) kemarin itu, tidak ada hal yang benar-benar disepakati selain kabar perubahan positif tentang masalah di koridor kemanusiaan.
Adapun dibangunnya koridor ini adalah untuk jalur evakuasi warga Ukraina yang masih berada di kota-kota yang diserang militer Rusia.
Persetujuan pembangunan koridor ini telah tercapai pada perundingan kedua yang terlaksana pada Kamis (3/3) pekan lalu.
Usai perundingan ketiga ini, kepala negosiator Rusia Vladimir Medensky mengatakan bahwa proposal yang pihaknya ajukan selama perundingan akan dipelajari lebih lanjut oleh pihak Ukraina.
Mengutip Kompas, proposal itu mencakup aspek politik, denazifikasi, penggunaan bahasa Rusia, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan status netral dan demiliterisasi.
Sejumlah aspek tersebut ditegaskan tidak dapat dikonsultasikan lebih lanjut.
Sebelumnya, David Akhramiya selaku salah satu delegasi dalam perundingan sekaligus Ketua Fraksi Parlemen dari fraksi yang sekarang berkuasa di Ukraina mengatakan bahwa Moskow dan Kyiv dapat mencapai kompromi praktis pada semua masalah.
Akan tetapi, ia memberikan pengecualian pada status Krimea dan republik Donbass.
Rakyat Ukraina, menurutnya, tidak akan menerima pengakuan tersebut.
Sementara itu, Moskow berulang kali menegaskan bahwa pengakuan atas republik Donetsk dan Luhansk sekaligus sekaligus kedaulatan Rusia atas Krimea dan Sevastopol adalah sikap tegas.
Dilansir dari The Telegraph, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, sempat menyatakan empat poin yang harus disetujui Ukraina pada hari yang sama sebelum perundingan ketiga dimulai.
Empat poin tersebut adalah menghentikan aksi militer, mengubah konstitusi untuk menyegel status netral (tidak bergabung dengan blok atau aliansi militer tertentu seperti NATO), mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia, serta mengakui republik pemberontak di Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.
Mengetahui hal tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menanggapi bahwa menyetujui tuntutan Rusia sama dengan menyerah.
Ia lantas mengindikasikan bahwa pihaknya menolak syarat yang mengharuskan negaranya mengubah konstitusi, negaranya tidak mau “memohon-mohon” kepada Rusia.
Sementara itu, mengenai pengakuan Krimea, Donetsk, dan Luhansk, Zelensky mengaku pihaknya dapat berkompromi dalam beberapa hal.
“Saya bicara tentang jaminan keamanan. Saya pikir kita bisa bicara dan berkompromi atas sejumlah hal tentang teritori yang sementara ini diduduki (Krimea) dan republik yang tidak diakui (Donetsk dan Luhansk), yang mana tidak diakui siapa pun kecuali Federasi Rusia,” kata Zelensky.
Dengan tidak adanya kesepakatan yang benar-benar tercapai, baik pihak Rusia maupun Ukraina telah memberikan tanda mengenai akan adanya perundingan keempat dalam waktu dekat.